
Newsletter
Badai Pasti Berlalu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 April 2020 05:57

Sentimen ketiga adalah harga komoditas, utamanya minyak. Pada pukul 04:08 WIB, harga minyak jenis brent turun 3,57% sementara light sweet anjlok 9,39%.
Sebenarnya kejatuhan harga minyak yang membuat Wall Street terperosok ke zona merah. Sejak pembukaan hingga jelang lapak ditutup, Wall Street sebenarnya anteng di zona hijau tetapi harga minyak yang ambles ikut menyeretnya ke teritori negatif.
Rilis data di AS menyebabkan harga minyak terkoreksi lumayan dalam. America Petroleum Institute (API) memperkirakan stok minyak AS pada pekan lalu bertambah 11,9 juta barel menjadi 473,8 juta barel.
"Saya tidak bisa berpikir apa yang terjadi saat ini akan membuat harga minyak bullish. Sebab, akan ada stok minyak yang begitu banyak," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga grogi jelang pertemuan OPEC+ di Arab Saudi pada 9 April alias besok. Rencananya, pertemuan ini akan membahas seputar pemangkasan produksi sebesar 10 juta barel/hari atau sekitar 10% dari pasokan minyak di pasar dunia.
"Pasar ingin kejelasan apakah Arab Saudi dan Rusia benar-benar sudah sepakat soal pemotongan produksi," tegas Gene McGillian, Vice President of Market Research di Tradition Energy, seperti dikutip dari Reuters.
Wajar pasar harap-harap cemas dan masih ragu apakah kesepakatan bisa tercapai. Pasalnya, sudah ada catatan OPEC dan Rusia gagal mencapai kata sepakat soal penurunan produksi.
Bulan lalu, hubungan Arab Saudi-Rusia menegang. Gara-garanya, Rusia menolak proposal OPEC soal rencana pemotongan produksi minyak 1,5 juta barel/hari.
Keputusan Rusia membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek. Tidak cuma menggenjot produksi, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon.
Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.
Kehadiran AS sebagai juru damai mampu membuat hubungan Arab Saudi-Rusia membaik dan bersedia untuk berdialog di forum OPEC+ esok hari. Namun soal apakah rencana pemotongan produksi 10 juta barel/hari bakal gol, tidak ada yang tahu. Ini yang membuat pelaku pasar grogi.
(aji/aji)
Sebenarnya kejatuhan harga minyak yang membuat Wall Street terperosok ke zona merah. Sejak pembukaan hingga jelang lapak ditutup, Wall Street sebenarnya anteng di zona hijau tetapi harga minyak yang ambles ikut menyeretnya ke teritori negatif.
Rilis data di AS menyebabkan harga minyak terkoreksi lumayan dalam. America Petroleum Institute (API) memperkirakan stok minyak AS pada pekan lalu bertambah 11,9 juta barel menjadi 473,8 juta barel.
"Saya tidak bisa berpikir apa yang terjadi saat ini akan membuat harga minyak bullish. Sebab, akan ada stok minyak yang begitu banyak," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga grogi jelang pertemuan OPEC+ di Arab Saudi pada 9 April alias besok. Rencananya, pertemuan ini akan membahas seputar pemangkasan produksi sebesar 10 juta barel/hari atau sekitar 10% dari pasokan minyak di pasar dunia.
"Pasar ingin kejelasan apakah Arab Saudi dan Rusia benar-benar sudah sepakat soal pemotongan produksi," tegas Gene McGillian, Vice President of Market Research di Tradition Energy, seperti dikutip dari Reuters.
Wajar pasar harap-harap cemas dan masih ragu apakah kesepakatan bisa tercapai. Pasalnya, sudah ada catatan OPEC dan Rusia gagal mencapai kata sepakat soal penurunan produksi.
Bulan lalu, hubungan Arab Saudi-Rusia menegang. Gara-garanya, Rusia menolak proposal OPEC soal rencana pemotongan produksi minyak 1,5 juta barel/hari.
Keputusan Rusia membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek. Tidak cuma menggenjot produksi, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon.
Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.
Kehadiran AS sebagai juru damai mampu membuat hubungan Arab Saudi-Rusia membaik dan bersedia untuk berdialog di forum OPEC+ esok hari. Namun soal apakah rencana pemotongan produksi 10 juta barel/hari bakal gol, tidak ada yang tahu. Ini yang membuat pelaku pasar grogi.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular