
Newsletter
Badai Pasti Berlalu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 April 2020 05:57

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street. Oke, Wall Street memang melemah tetapi pelemahannya menunjukkan bahwa situasi mulai kembali normal. Volatilitas sudah semakin rendah.
Artinya, investor boleh berharap bahwa stabilitas akan kembali setelah periode fluktuasi ekstrem. Ketidakpastian berkurang, dan saatnya untuk menata kembali portofolio yang berantakan.
Sentimen kedua tentu investor perlu terus memantau perkembangan penyebaran virus corona. Walau ada perlambatan laju penyebaran, tetapi dampak ekonomi dari virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak bisa hilang begitu saja.
"Walau mungkin kasus sudah mencapai puncak, tetapi pemerintah di berbagai negara tentu masih ingin memastikan apakah semuanya betul-betul sudah baik-baik saja. Oleh karena itu, kebijakan lockdown (karantina wilayah) dan semacamnya sepertinya masih berlanjut," kata Charalambos Pissouros, Senior Market Analyst di JFD Group, dikutip dari Reuters.
Ya, selama aktivitas publik masih terbatas (atau dibatasi), maka roda ekonomi tidak akan mampu berputar cepat. Oleh karena itu, risiko resesi masih tetap sangat tinggi bahkan hampir pasti.
Reuters menggelar jajak pendapat yang melibatkan 50 ekonom dari berbagai institusi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Hasilnya, ekonomi global diperkirakan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2% tahun ini. Padahal survei tiga pekan sebelumnya masih menghasilkan angka pertumbuhan 1,6%.
"Stimulus fiskal dan moneter yang besar tidak akan mampu mencegah kejatuhan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Kami menduga resesi kali ini bisa lebih dalam dibandingkan ketika krisis keuangan global 2008-2009," kata Marco Valli, Head of Macro Research di Unicredit, seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, investor tetap perlu waspada. Lega boleh, tetapi jangan sampai terlena karena resesi sepertinya sudah di depan mata.
Artinya, investor boleh berharap bahwa stabilitas akan kembali setelah periode fluktuasi ekstrem. Ketidakpastian berkurang, dan saatnya untuk menata kembali portofolio yang berantakan.
Sentimen kedua tentu investor perlu terus memantau perkembangan penyebaran virus corona. Walau ada perlambatan laju penyebaran, tetapi dampak ekonomi dari virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak bisa hilang begitu saja.
"Walau mungkin kasus sudah mencapai puncak, tetapi pemerintah di berbagai negara tentu masih ingin memastikan apakah semuanya betul-betul sudah baik-baik saja. Oleh karena itu, kebijakan lockdown (karantina wilayah) dan semacamnya sepertinya masih berlanjut," kata Charalambos Pissouros, Senior Market Analyst di JFD Group, dikutip dari Reuters.
Ya, selama aktivitas publik masih terbatas (atau dibatasi), maka roda ekonomi tidak akan mampu berputar cepat. Oleh karena itu, risiko resesi masih tetap sangat tinggi bahkan hampir pasti.
Reuters menggelar jajak pendapat yang melibatkan 50 ekonom dari berbagai institusi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Hasilnya, ekonomi global diperkirakan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2% tahun ini. Padahal survei tiga pekan sebelumnya masih menghasilkan angka pertumbuhan 1,6%.
![]() |
"Stimulus fiskal dan moneter yang besar tidak akan mampu mencegah kejatuhan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Kami menduga resesi kali ini bisa lebih dalam dibandingkan ketika krisis keuangan global 2008-2009," kata Marco Valli, Head of Macro Research di Unicredit, seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, investor tetap perlu waspada. Lega boleh, tetapi jangan sampai terlena karena resesi sepertinya sudah di depan mata.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular