
Polling CNBC Indonesia
Pasar Ramal Bunga Acuan Turun Lagi, Apakah BI Berani?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 September 2019 07:00

Data ketiga adalah penjualan ritel. Pada Juli, penjualan ritel tumbuh 2,4% YoY. Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi 1,8% tetapi melambat ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 2,9%.
Ditambah lagi perkiraan pertumbuhan penjualan ritel pada Agustus adalah 3,7% YoY. Memang membaik dibandingkan Juli, tetapi lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,1%.
Data keempat adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang pada Agustus berada di 123,1, terendah sejak November 2018. Angka IKK juga terus turun dalam tiga bulan terakhir.
IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Kalau di atas 100 artinya konsumen masih percaya dengan prospek ekonomi terkini dan masa mendatang.
Memang IKK Indonesia masih di atas 100, menandakan konsumen tetap pede. Akan tetapi, optimisme itu semakin luntur.
Baca: Keyakinan Konsumen RI Terendah Sejak November 2018
Baik investasi maupun konsumsi rumah tangga sepertinya belum bisa berlari kencang. Padahal kala ekspor tidak bisa diandalkan akibat penurunan harga komoditas dan perang dagang AS-China, permintaan domestik adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, BI harus masuk. Bank sentral perlu ikut serta dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Caranya adalah dengan menurunkan suku bunga acuan agar dunia usaha dan rumah tangga punya ruang untuk ekspansi.
Pasar sudah berkehendak. Apakah BI akan mewujudkannya?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ditambah lagi perkiraan pertumbuhan penjualan ritel pada Agustus adalah 3,7% YoY. Memang membaik dibandingkan Juli, tetapi lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,1%.
Data keempat adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang pada Agustus berada di 123,1, terendah sejak November 2018. Angka IKK juga terus turun dalam tiga bulan terakhir.
IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Kalau di atas 100 artinya konsumen masih percaya dengan prospek ekonomi terkini dan masa mendatang.
Memang IKK Indonesia masih di atas 100, menandakan konsumen tetap pede. Akan tetapi, optimisme itu semakin luntur.
Baca: Keyakinan Konsumen RI Terendah Sejak November 2018
Baik investasi maupun konsumsi rumah tangga sepertinya belum bisa berlari kencang. Padahal kala ekspor tidak bisa diandalkan akibat penurunan harga komoditas dan perang dagang AS-China, permintaan domestik adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, BI harus masuk. Bank sentral perlu ikut serta dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Caranya adalah dengan menurunkan suku bunga acuan agar dunia usaha dan rumah tangga punya ruang untuk ekspansi.
Pasar sudah berkehendak. Apakah BI akan mewujudkannya?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular