
Newsletter
Waspada, Perang Dagang AS-China Bakal Kembali Bergelora!
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 May 2019 05:18

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah dinamika di Wall Street yang lumayan positif. Semoga ini bisa menjadi penyemangat bagi investor di pasar keuangan Asia.
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan perkembangan perundingan dagang AS-China. Meski dialog di Washington pekan lalu menelurkan hasil positif, tetapi Trump ternyata tetap akan menaikkan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter.
[Gambas:Twitter]
Wow. Ketika banyak yang mengira hubungan AS-China semakin erat dan damai dagang kian dekat, pernyataan Trump ini berpotensi membuat pasar terkaget-kaget.
Mari berharap bahwa pernyataan Trump ini sekadar gertakan untuk mempercepat proses negosiasi menuju damai dagang. Atau gertakan agar China tidak meminta konsesi yang aneh-aneh. Semoga saja cuma gertakan.
Sebab apabila Trump jadi mengeksekusi kenaikan bea masuk, maka kemungkinan besar China akan membalas dengan kebijakan yang sama. Damai dagang? Apa itu damai dagang? Yang ada malah perang dagang kembali berkecamuk dan mungkin dengan skala yang lebih besar.
"Bapak Presiden, saya rasa, hanya melontarkan peringatan. Anda tahu kami juga pernah menunda kenaikan bea masuk dari 10% menjadi 25% karena hasil dialog dagang yang positif. Namun memang itu tidak bisa bertahan selamanya, apalagi kalau negosiasi dagang tidak berjalan baik," tutur Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Sepertinya sentimen ini berpeluang menjadi 'bintang utama' di pasar keuangan Asia. Ancaman perang dagang AS-China sangat mungkin membuat investor ogah mengambil risiko, memilih cari aman. Jika ini terjadi, maka IHSG dkk akan kembali terancam.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan perkembangan perundingan dagang AS-China. Meski dialog di Washington pekan lalu menelurkan hasil positif, tetapi Trump ternyata tetap akan menaikkan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter.
[Gambas:Twitter]
Wow. Ketika banyak yang mengira hubungan AS-China semakin erat dan damai dagang kian dekat, pernyataan Trump ini berpotensi membuat pasar terkaget-kaget.
Mari berharap bahwa pernyataan Trump ini sekadar gertakan untuk mempercepat proses negosiasi menuju damai dagang. Atau gertakan agar China tidak meminta konsesi yang aneh-aneh. Semoga saja cuma gertakan.
Sebab apabila Trump jadi mengeksekusi kenaikan bea masuk, maka kemungkinan besar China akan membalas dengan kebijakan yang sama. Damai dagang? Apa itu damai dagang? Yang ada malah perang dagang kembali berkecamuk dan mungkin dengan skala yang lebih besar.
"Bapak Presiden, saya rasa, hanya melontarkan peringatan. Anda tahu kami juga pernah menunda kenaikan bea masuk dari 10% menjadi 25% karena hasil dialog dagang yang positif. Namun memang itu tidak bisa bertahan selamanya, apalagi kalau negosiasi dagang tidak berjalan baik," tutur Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Sepertinya sentimen ini berpeluang menjadi 'bintang utama' di pasar keuangan Asia. Ancaman perang dagang AS-China sangat mungkin membuat investor ogah mengambil risiko, memilih cari aman. Jika ini terjadi, maka IHSG dkk akan kembali terancam.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular