
Newsletter
'Tarik Tambang' Resesi AS vs Damai Dagang, Siapa Menang?
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 March 2019 06:01

Sentimen keempat, pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan di pasar komoditas. Pada pukul 05:15 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,16% dan 0,19%.
Harga si emas hitam mulai stabil setelah malam tadi waktu Indonesia sempat anjlok gara-gara Trump. Dalam cuitan di Twitter, eks taipan properti itu menyatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) harus meningkatkan pasokan karena dia menilai harga komoditas ini sudah terlampau tinggi.
"Sangat penting bagi OPEC untuk menambah pasokan minyak. Pasar dunia sedang rentan, harga minyak sudah terlalu tinggi. Terima kasih!" cuit Trump.
[Gambas:Twitter]
Namun sentimen itu tidak bertahan lama, karena pagi ini harga minyak kembali naik meski terbatas. Sepertinya kata-kata Trump sudah kurang ampuh untuk menekan harga minyak.
"Cuitan Trump ini tidak memiliki signifikansi yang sama dengan cuitan sebelumnya yang 'meledak' karena dianggap sebagai sebuah fenomena baru. Sepertinya pasar menilai ini (cuitan Trump) sudah basi," ujar Bob Yawger, Director of Futures di Mizuhi yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalamn negeri karena produksi yang belum memadai.
Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh.
Sentimen kelima adalah dinamika Brexit. Uni Eropa memberi waktu sampai pekan ini bagi pemerintah dan parlemen Inggris untuk menyepakati sebuah proposal perpisahan. Jika tidak ada kesepakatan, maka Inggris hanya punya waktu sampai 12 April untuk bersiap cabut dari Uni Eropa.
Namun hingga detik ini, belum ada juga proposal Brexit yang disepakati. Dalam voting beberapa hari lalu, berbagai opsi yang ditawarkan oleh para anggota parlemen tidak ada yang menelurkan suara mayoritas. Inggris pun terancam hengkang dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No-Deal Brexit.
"Dalam pertunjukan yang spektakuler, parlemen memutuskan menolak menjadi bagian dari Uni Eropa dan menolak seluruh opsi untuk meninggalkan Uni Eropa," cuit James Cleverly, Wakil Ketua Partai Konservatif, melalui Twitter.
Benang kusut Brexit yang sepertinya semakin mustahil diurai bisa membuat pelaku pasar lagi-lagi memilih bermain aman. Jika ini terjadi, maka bukan kabar gembira bagi IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Harga si emas hitam mulai stabil setelah malam tadi waktu Indonesia sempat anjlok gara-gara Trump. Dalam cuitan di Twitter, eks taipan properti itu menyatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) harus meningkatkan pasokan karena dia menilai harga komoditas ini sudah terlampau tinggi.
"Sangat penting bagi OPEC untuk menambah pasokan minyak. Pasar dunia sedang rentan, harga minyak sudah terlalu tinggi. Terima kasih!" cuit Trump.
[Gambas:Twitter]
Namun sentimen itu tidak bertahan lama, karena pagi ini harga minyak kembali naik meski terbatas. Sepertinya kata-kata Trump sudah kurang ampuh untuk menekan harga minyak.
"Cuitan Trump ini tidak memiliki signifikansi yang sama dengan cuitan sebelumnya yang 'meledak' karena dianggap sebagai sebuah fenomena baru. Sepertinya pasar menilai ini (cuitan Trump) sudah basi," ujar Bob Yawger, Director of Futures di Mizuhi yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalamn negeri karena produksi yang belum memadai.
Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh.
Sentimen kelima adalah dinamika Brexit. Uni Eropa memberi waktu sampai pekan ini bagi pemerintah dan parlemen Inggris untuk menyepakati sebuah proposal perpisahan. Jika tidak ada kesepakatan, maka Inggris hanya punya waktu sampai 12 April untuk bersiap cabut dari Uni Eropa.
Namun hingga detik ini, belum ada juga proposal Brexit yang disepakati. Dalam voting beberapa hari lalu, berbagai opsi yang ditawarkan oleh para anggota parlemen tidak ada yang menelurkan suara mayoritas. Inggris pun terancam hengkang dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No-Deal Brexit.
"Dalam pertunjukan yang spektakuler, parlemen memutuskan menolak menjadi bagian dari Uni Eropa dan menolak seluruh opsi untuk meninggalkan Uni Eropa," cuit James Cleverly, Wakil Ketua Partai Konservatif, melalui Twitter.
Benang kusut Brexit yang sepertinya semakin mustahil diurai bisa membuat pelaku pasar lagi-lagi memilih bermain aman. Jika ini terjadi, maka bukan kabar gembira bagi IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular