Newsletter

Cermati Dinamika Brexit Sampai Kisruh Venezuela

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2019 05:58
Cermati Dinamika Brexit Sampai Kisruh Venezuela
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama mengalami pelemahan, seperti halnya yang terjadi di negara-negara Asia lainnya. 

Kemarin, IHSG ditutup melemah 0,34%. Pelemahan kemarin meneruskan koreksi yang terjadi sebelumnya, kali pertama IHSG melemah 2 hari beruntun pada 2019. 

Bursa saham utama Asia pun kompak melemah. Indeks Hang Seng turun 0,16%, Shanghai Composite berkurang 0,1%, dan Straits Times minus 0,37%. 


Sementara rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,18%. Pelemahan rupiah memang relatif terbatas, tetapi sudah cukup untuk membuatnya menjadi mata uang terlemah di Asia. 


Terlihat bahwa pelaku pasar agak ragu masuk ke pasar keuangan Benua Kuning. Sepertinya ketidakpastian global membebani hati dan pikiran investor. 

Ada perkembangan terbaru dari hubungan AS-China dan itu bukan kabar gembira. AS resmi mengajukan tuntutan hukum kepada perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei.  

Raksasa telekomunikasi ini dituding melakukan bisnis dengan pihak Iran yang sedang dikenakan sanksi oleh Negeri Adidaya. Tidak hanya itu, Huawei juga tersangkut kasus pencurian teknologi robotik milik T-Mobile.  


"Tindakan Huawei merupakan bentuk eksploitasi terhadap perusahaan AS dan mengancam persaingan usaha yang sehat. Tindakan itu bisa membuat pemerintah negara lain untuk memodifikasi atau mencuri informasi, memata-matai, atau mengendalikan," tegas Direktur FBI Christopher Wray, mengutip Reuters. 

Merespons aksi AS, China pun meradang. Wen Ku, pejabat senior di Kementerian Industri dan Teknologi Komunikasi China, menyebut langkah AS tidak adil dan tidak bermoral. 

Ketegangan Washington-Beijing akibat kasus Huawei bisa mengancam proses damai dagang yang sedang dibangun oleh kedua negara. Apalagi pada 30-31 Januari nanti, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke Washington untuk melakukan dialog dagang dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. 

Kasus Huawei yang mengemuka bisa mengancam kelancaran dialog ini. Mungkin saja perdebatan akan memanas dan jalan menuju damai dagang terputus. 


Melihat situasi ini, pelaku pasar memilih bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kemudian mengalami tekanan jual sehingga koreksi menjadi sebuah keniscayaan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari Wall Street, kinerja tiga indeks utama bervariasi cenderung melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,21%, S&P 500 turun 0,15%, dan Nasdaq Composite  berkurang 0,81%. 

Nasdaq mengalami koreksi paling dalam karena investor harap-harap cemas menantikan laporan keuangan Apple yang dirilis pekan ini. Pelaku pasar cemas karena sebelumnya Apple memberikan wanti-wanti bahwa penjualan bakal turun. 


Saham-saham teknologi pun ramai dilepas sehingga harganya turun. Facebook anjlok 2,22%, Amazon amblas 2,69%, Netflix ambrol 2,01%, Alphabet (induk usaha Google) minus 0,91%, Intel melemah 0,36%, Microsoft turun 2,04%, dan Twitter jatuh 4,5%. 

Faktor lain yang menghambat laju Wall Street adalah penantian investor terhadap hasil rapat komite pembuat kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang hasilnya akan diumumkan pada 30 Januari waktu setempat. Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega tetap mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Bahkan menurut CME Fedwatch, kemungkinannya mencapai 100%! 

"Mungkin The Fed baru merasa aman untuk menaikkan suku bunga pada paruh kedua 2019. Saat ini masih ada banyak kebisingan," ujar Robin Brooks, Kepala Ekonom Institute of International Finance, mengutip Reuters.  

Sementara DJIA tertolong oleh rilis laporan keuangan 3M. Pada kuartal IV-2018, laba per saham (Earnings per Share/EPS) produsen Post-It ini adalah US$ 2,31. Naik 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2,1. 

"Kinerja 3M cukup baik pada kuartal IV, hasilnya sesuai dengan perkiraan kami. Kami membukukan pertumbuhan organik 3%, dengan arus kas dan laba yang kuat," kata Mike Roman, CEO 3M, dalam keterangan tertuilis. 


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah risiko. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang cenderung tertekan. Dikhawatirkan koreksi di Wall Street menular ke bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Kedua, investor patut mencermati dampak dari ketidakpastian di Inggris. Hasil voting di parlemen meminta Perdana Menteri Theresa May untuk bernegosiasi ulang dengan Uni Eropa seputar wilayah perbatasan di Kepulauan Irlandia.  

"Malam ini, Yang Mulia Para Anggota Dewan sepakat untuk mendukung perubahan dala kesepakatan wilayah perbatasan. Ada jalan Inggris akan mampu keluar dari Uni Eropa dengan sebuah kesepakatan. Saya akan mencari ruang untuk perubahan itu," kata May, mengutip Reuters. 

Namun, hasil kesepakatan di parlemen ini menjadi seakan sia-sia karena Brussel sudah menutup pintu renegosiasi. Kesepakatan Brexit yang ditolak parlemen Inggris 2 pekan lalu adalah sebuah hal yang final, tidak bisa diutak-atik lagi.  

"Backstop adalah bagian dari kesepakatan itu. Sudah tidak ada lagi ruang negosiasi," tegas Donald Tusk, Ketua Dewan Uni Eropa, mengutip Reuters. 


Perkembangan ini membuat Brexit kembali menjadi suram. Padahal waktu perceraian London dengan Brussel semakin dekat yaitu pada 29 Maret.

Jika prosesnya terus menemui jalan buntu, maka Inggris harus siap menerima kenyataan pahit bernama No Deal Brexit. Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan dan kompensasi apa-apa. 

Apabila terjadi No Deal Brexit, maka dampaknya akan signifikan. Inggris akan sulit berdagang dengan para tetangganya di Eropa Daratan, karena tidak ada lagi yang namanya bebas bea. Akibatnya, ekspor Negeri Ratu Elizabeth akan terpengaruh dan memperlambat laju perekonomian secara keseluruhan. 

Brexit yang tidak jelas juga membuat fokus pelaku pasar teralihkan. Ini bisa mengurangi minat untuk bermain dengan aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bukan kabar baik buat IHSG dan rupiah.

 Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS. Ada kemungkinan dolar AS masih akan perkasa seperti kemarin.  

Pada pukul 05:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Penguatan indeks ini utamanya didapat dari lesunya poundsterling, yang pada pukul 05:10 WIB melemah 0,1% terhadap dolar AS. 

Penyebabnya ya itu tadi, Brexit yang masih kelam. Ketidakpastian Brexit memakan tumbal, sterling melemah karena risiko yang membayangi perekonomian Negeri John Bull.

Jika dolar AS terus perkasa seperti ini, maka akan menjadi alamat buruk bagi rupiah dkk di Asia. Hantu depresiasi sepertinya masih membayangi langkah mata uang Tanah Air. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Sentimen keempat, yang juga menjadi risiko bagi rupiah, adalah harga minyak. Pada pukul 05:15 WIB, harga minyak jenis brent melesat 2,05% dan light sweet melonjak 2,4%. 

Penyebab lonjakan harga si emas hitam adalah sanksi terbaru AS kepada Venezuela. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump kini tidak mengakui rezim Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Washington memandang Juan Guaido, pemimpin oposisi, sebagai presiden interim Venezuela. 

AS akan menghentikan impor minyak dari Venezuela. Padahal Negeri Paman Sam adalah pasar ekspor minyak terbesar bagi negara yang banyak melahirkan Miss Universe tersebut. 


Venezuela juga akan kesulitan memasarkan minyaknya ke negara-negara lain. Misalnya, sejumlah negara Eropa juga tidak berpihak kepada Maduro sehingga kemungkinan besar juga akan menolak minyak dari Venezuela. 

Akibatnya, pasokan minyak dari Venezuela terancam langka di pasar internasional. Padahal Venezuela merupakan salah satu pemasok utama. 

Data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) menyebutkan produksi minyak Venezuela pada akhir 2017 mencapai 2,03 juta barel/hari dengan volume ekspor 1,59 juta barel/hari. Venezuela juga menguasai cadangan minyak terbesar di planet bumi, yaitu mencapai 302 miliar barel. 

Pasokan minyak yang menipis akibat gejolak di Venezuela membuat harga komoditas ini bergerak ke utara alias naik. Kenaikan harga minyak bukan kabar gembira bagi rupiah. 

Saat harga minyak naik, biaya impornya jadi semakin mahal sehingga mengancam neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Rupiah akan kekurangan pasokan devisa sehingga berpotensi melemah. 


Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis realisasi investasi kuartal IV-2018. Pada kuartal sebelumnya, Penanaman Modal Asing (PMA) terkontraksi atau negatif 20,2% year-on-year (YoY). 

Apabila investasi pada kuartal IV masih seret, maka prospek pertumbuhan ekonomi 2018 bisa lebih terbaca. Net ekspor hampir dipastikan minus, dan jika investasi lesu maka sepertinya angka pertumbuhan ekonomi 2018 masih tidak akan jauh dari angka 5%. Bukan pertumbuhan yang optimal bagi Indonesia, walau cukup lumayan dibandingkan negara-negara lain. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis data realisasi investasi Indonesia kuartal IV-2018 (10:30 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel Jepang periode Desember 2018 (06:50 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel Hong Kong periode Desember 2018 (15:30 WIB).
  • Rilis angka final Indeks Keyakinan Konsumen Zona Euro periode Januari 2019 (17:00). 

Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

PerusahaanJenis KegiatanWaktu
PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)RUPSLB09:00 WIB
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q III-2018 YoY)5,17%
Inflasi (Desember 2018 YoY)3,13%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (Q III-2018)-3,37% PDB
Neraca pembayaran (Q III-2018)-US$ 4,39 miliar
Cadangan devisa (Desember 2018)US$ 120,7 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular