Dua 'Penyakit' Rupiah Hari Ini: Huawei dan Minyak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 16:31
Dua 'Penyakit' Rupiah Hari Ini: Huawei dan Minyak
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah tidak pernah merasakan penguatan sepanjang perdagangan. 

Pada Selasa (29/1/2019), US$ 1 sama dengan Rp 14.090 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mengawali hari, rupiah sebenarnya tidak melemah tetapi tidak menguat juga alias stagnan. Namun tidak lama kemudian, rupiah tergelincir ke zona merah dan gagal bangkit hingga penutupan pasar. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Meski melemah, tetap sejatinya gerak rupiah tidak terlalu liar. Depresiasi rupiah pun relatif tipis. 

Akan tetapi, sayang sekali mata uang utama Asia juga mencatat pencapaian serupa. Bahkan pelemahan mata uang utama Benua Kuning tidak sampai sedalam rupiah. 

Alhasil, rupiah masih menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia. Tidak ada mata uang lain yang melemah sedalam rupiah. 


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:15 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Terlihat bahwa pelaku pasar agak ragu masuk ke pasar keuangan Benua Kuning. Sepertinya ketidakpastian global membebani hati dan pikiran investor. Ada perkembangan terbaru dari hubungan AS-China dan itu bukan kabar gembira.

AS resmi mengajukan tuntutan hukum kepada perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei. Raksasa telekomunikasi ini dituding melakukan bisnis dengan pihak Iran yang sedang dikenakan sanksi oleh Negeri Adidaya. Tidak hanya itu, Huawei juga tersangkut kasus pencurian teknologi robotik milik T-Mobile.  

"Tindakan Huawei merupakan bentuk eksploitasi terhadap perusahaan AS dan mengancam persaingan usaha yang sehat. Tindakan itu bisa membuat pemerintah negara lain untuk memodifikasi atau mencuri informasi, memata-matai, atau mengendalikan," tegas Direktur FBI Christopher Wray, mengutip Reuters. 

Merespons aksi AS, China pun meradang. Wen Ku, pejabat senior di Kementerian Industri dan Teknologi Komunikasi China, menyebut langkah AS tidak adil dan tidak bermoral. 

Ketegangan Washington-Beijing akibat kasus Huawei bisa mengancam proses damai dagang yang sedang dibangun oleh kedua negara. Apalagi pada 30-31 Januari nanti, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke Washington untuk melakukan dialog dagang dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. 

Kasus Huawei yang mengemuka bisa mengancam kelancaran dialog ini. Mungkin saja perdebatan akan memanas dan jalan menuju damai dagang terputus. 

Melihat situasi ini, pelaku pasar memilih bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual. Hasilnya, rupiah dkk menjadi tidak berdaya. 

Sentimen lain yang turut membebani langkah rupiah adalah harga minyak. Pada pukul 16:20 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,68% dan light sweet bertambah 0,71%.

Kenaikan harga minyak bukan berita baik bagi rupiah. Saat harga minyak naik, biaya impornya jadi semakin mahal sehingga mengancam neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Rupiah akan kekurangan pasokan devisa sehingga berpotensi melemah. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular