Newsletter

Cermati Dinamika Brexit Sampai Kisruh Venezuela

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2019 05:58
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat, yang juga menjadi risiko bagi rupiah, adalah harga minyak. Pada pukul 05:15 WIB, harga minyak jenis brent melesat 2,05% dan light sweet melonjak 2,4%. 

Penyebab lonjakan harga si emas hitam adalah sanksi terbaru AS kepada Venezuela. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump kini tidak mengakui rezim Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Washington memandang Juan Guaido, pemimpin oposisi, sebagai presiden interim Venezuela. 

AS akan menghentikan impor minyak dari Venezuela. Padahal Negeri Paman Sam adalah pasar ekspor minyak terbesar bagi negara yang banyak melahirkan Miss Universe tersebut. 


Venezuela juga akan kesulitan memasarkan minyaknya ke negara-negara lain. Misalnya, sejumlah negara Eropa juga tidak berpihak kepada Maduro sehingga kemungkinan besar juga akan menolak minyak dari Venezuela. 

Akibatnya, pasokan minyak dari Venezuela terancam langka di pasar internasional. Padahal Venezuela merupakan salah satu pemasok utama. 

Data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) menyebutkan produksi minyak Venezuela pada akhir 2017 mencapai 2,03 juta barel/hari dengan volume ekspor 1,59 juta barel/hari. Venezuela juga menguasai cadangan minyak terbesar di planet bumi, yaitu mencapai 302 miliar barel. 

Pasokan minyak yang menipis akibat gejolak di Venezuela membuat harga komoditas ini bergerak ke utara alias naik. Kenaikan harga minyak bukan kabar gembira bagi rupiah. 

Saat harga minyak naik, biaya impornya jadi semakin mahal sehingga mengancam neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Rupiah akan kekurangan pasokan devisa sehingga berpotensi melemah. 


Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis realisasi investasi kuartal IV-2018. Pada kuartal sebelumnya, Penanaman Modal Asing (PMA) terkontraksi atau negatif 20,2% year-on-year (YoY). 

Apabila investasi pada kuartal IV masih seret, maka prospek pertumbuhan ekonomi 2018 bisa lebih terbaca. Net ekspor hampir dipastikan minus, dan jika investasi lesu maka sepertinya angka pertumbuhan ekonomi 2018 masih tidak akan jauh dari angka 5%. Bukan pertumbuhan yang optimal bagi Indonesia, walau cukup lumayan dibandingkan negara-negara lain. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular