
Newsletter
Cermati Potensi 'Gempa Susulan' Turki Sampai Bunga Acuan BI
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 August 2018 06:04

Sentimen keenam, juga dari dalam negeri, adalah kemungkinan reaksi pasar setelah rilis data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 per akhir Juli. Ada satu data yang perlu dicermati, yakni belanja modal pemerintah yang turun 7,36% YoY, dan menjadi satu-satunya pos belanja pemerintah yang mengalami kontraksi. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, belanja modal pemerintah masih mampu tumbuh 18,7% YoY.
Penurunan ini lantas menjadi indikasi bahwa pemerintah mulai mengerem impor barang modal. Tujuannya tidak lain adalah untuk menahan kejatuhan rupiah. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu untuk menunda agar proyek-proyek infrastruktur non-strategis. Namun, perlambatan belanja infratruktur pemerintah akan berdampak kepada melambatnya pula laju pertumbuhan ekonomi.
Sentimen ketujuh, lagi-lagi dari dalam negeri, adalah rencana pemerintah untuk menambah kuota produksi batu bara. Hal ini dilakukan untuk menggenjot ekspor yang bisa mendatangkan devisa.
"Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sudah ditandatangani oleh Pak Menteri. Dari 485 juta ton (RKAB 2018), bertambah 25 juta ton. Diharapkan akan ada tambahan devisa US$ 1,5 miliar dan uangnya tidak diam di luar negeri," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Selain berguna untuk menopang penguatan rupiah, kebijakan ini juga bisa menjadi angin segar bagi emiten-emiten produsen batu bara. Produksi mereka akan meningkat, ekspor bertambah, dan prospek laba pun cerah. Investor berpotensi mengapresiasi sentimen ini dengan melakukan aksi borong.
Cukup banyak sentomen yang mesti diperhatikan pelaku pasar hari ini. Sepertinya akan menjadi hari yang sibuk.
(aji/aji)
Penurunan ini lantas menjadi indikasi bahwa pemerintah mulai mengerem impor barang modal. Tujuannya tidak lain adalah untuk menahan kejatuhan rupiah. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu untuk menunda agar proyek-proyek infrastruktur non-strategis. Namun, perlambatan belanja infratruktur pemerintah akan berdampak kepada melambatnya pula laju pertumbuhan ekonomi.
Sentimen ketujuh, lagi-lagi dari dalam negeri, adalah rencana pemerintah untuk menambah kuota produksi batu bara. Hal ini dilakukan untuk menggenjot ekspor yang bisa mendatangkan devisa.
"Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sudah ditandatangani oleh Pak Menteri. Dari 485 juta ton (RKAB 2018), bertambah 25 juta ton. Diharapkan akan ada tambahan devisa US$ 1,5 miliar dan uangnya tidak diam di luar negeri," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Selain berguna untuk menopang penguatan rupiah, kebijakan ini juga bisa menjadi angin segar bagi emiten-emiten produsen batu bara. Produksi mereka akan meningkat, ekspor bertambah, dan prospek laba pun cerah. Investor berpotensi mengapresiasi sentimen ini dengan melakukan aksi borong.
Cukup banyak sentomen yang mesti diperhatikan pelaku pasar hari ini. Sepertinya akan menjadi hari yang sibuk.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular