Cerita Adam Boehler Soal Omnibus Law RI, Tesla, Hingga Jokowi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 October 2020 06:20
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S. Boehler di Jakarta pada Hari Jumat (23/10). (ist)
Foto: Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S. Boehler (Dokumentasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang pengujung Oktober 2020, Indonesia kedatangan tamu penting. Ia adalah Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S Boehler. Bertempat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat (23/10/2020), Adam menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.

Sejumlah topik mewarnai pembicaraan Adam dan Luhut. Salah satunya berkaitan denganĀ Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF) yang siap dibentuk Pemerintah Indonesia.Seperti diketahui, LPI akan memiliki modal awal US$ 5 miliar atau setara Rp 75 triliun. Dengan nilai ekuitas ini, Pemerintah RI berharap bisa menarik dana investasi hingga tiga kali lipat atau mencapai Rp 225 triliun.

Modal awal LPI akan berasal dari kombinasi aset negara, aset BUMN, dan sumber lainnya. Pemerintah RI menargetkan LPI Indonesia akan beroperasi awal tahun 2021. Hal itu kian diperkuat dengan disahkannya UU Cipta Kerja (Ciptaker), sehingga badan hukum bisa menjalankan fungsi penanaman modal bagi pemerintah pusat.

Lantas, apa tanggapan Adam terkait LPI? Bagaimana pula dengan kabar rencana investasi raksasa otomotif AS Tesla Inc. di tanah air? Seperti apa relasi Adam dengan Luhut dan menteri-menteri lain dalam Kabinet Indonesia Maju?



Simak petikan wawancara Adam dengan CNBC Indonesia yang dilakukan via zoom dan ditayangkan pada program Power Lunch, Rabu (28/10/2020):

Adam, beberapa waktu lalu, Anda berkunjung ke Indonesia. Ini merupakan kunjungan kedua Anda ke Indonesia. Salah satu sosok yang Anda temui adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan. Dapatkah Anda menyampaikan update terbaru terkait SWF atau potensi investasi lain di Indonesia?


Pertemuan kami berjalan baik dan serius. Saya menghabiskan waktu tiga hari di Indonesia. Selain di Jakarta, saya juga ke Bandung. Yang menarik, kami datang tidak lama setelah pemerintah Indonesia mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Menurut saya, UU ini penting karena akan membuka potensi pasar yang lebih luas. Selain itu, kami juga datang bersama lima lembaga pemerintah AS lainnya.

Apa tanggapan Anda perihal SWF yang akan mulai berjalan tahun depan? Berapa nominal dana yang akan diinvestasikan oleh IDFC?Kami belum merencanakan jumlah tertentu... Akan tetapi kami telah bekerja sama dengan sangat erat dengan Pak Luhut dan sejumlah pihak di Indonesia terkait hal itu.

Menurut saya, jika kita berbicara soal Indonesia, ada peluang yang sangat besar bagi pihak swasta untuk terlibat, dalam konteks ini bagi pihak swasta yang berasal dari Amerika Serikat. Sebelum kami datang ke Indonesia, ada 100 perusahaan di AS yang mengatakan Indonesia merupakan pasar yang ingin dimasuki akan tetapi sangat sulit untuk melakukan investasi.

Aspek penting dari SWF adalah Ia membuka potensi pasar yang lebih luas, terutama bagi perusahaan AS yang berada di luar negeri. Kita membicarakan investasi miliaran dolar AS dan kami telah mengambil praktik-praktik di India dan sejumlah negara lain yang mana ada investasi dari UEA. Kami telah mempelajari beberapa hal yang positif dan negatif terkait SWF. Saat kami berdiskusi dengan Pak Jokowi dan Pak Luhut, kami juga memberikan saran terkait SWF Indonesia.

Terkait dengan omnibus law UU Cipta Kerja, bagaimana tanggapan Anda terutama kaitannya dengan investasi dan kepentingan perusahaan AS di Indonesia?
Saya pikir ini adalah langkah besar. Sekarang kuncinya adalah aspek-aspek apa yang akan masuk ke dalam regulasi turunannya. Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia dengan penduduk muslim terbesar di Indonesia. Ini merupakan potensi yang besar bagi pihak swasta AS. Secara geografi, kita memang berjauhan. Akan tetapi, sekarang adalah abad 21 dan kita bisa mengatasi hal itu.

Dalam bisnis, yang penting adalah transparansi, akuntabilitas, dan daya saing. Jika negara Anda memiliki semua aspek itu, maka Anda dapat menarik banyak investasi. Jadi, ada banyak perusahaan swasta AS yang berada dalam posisi wait and see. Saya pikir Anda akan melihat investasi mereka masuk ke Indonesia setelah aturan turunan UU Cipta Kerja diselesaikan.

Dalam kunjungan terakhir ke Indonesia, Anda mengatakan ada sekitar US$ 5 miliar yang dapat diinvestasikan di Indonesia. Bagaimana dengan saat ini? Anda tahu, saya akan tetap berpegang pada angka itu. Tapi nilainya bisa lebih banyak lagi. Kalau kita bicara tentang AS, apa yang menjadi kekuatan terbesarnya? Pasar domestik. Itu yang kita tahu, itu yang orang Indonesia tahu. Mereka tahu produk kita, mereka tahu pasar domestik kita. Jadi tugas kita adalah bekerja. SWF atau semacamnya akan membantu perusahaan AS dan perusahaan internasional lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.

Lihatlah ukuran ekonomi AS, lihatlah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini adalah peluang yang sempurna. Anda memiliki pemerintahan yang sangat memfasilitasi pihak swasta. Pada akhirnya, siapa yang akan mendapat keuntungan? Tentu Indonesia. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia akan meningkat. Itu yang akan terjadi. Jadi saya pikir US$ 5 miliar hanyalah puncak gunung es.



Beberapa waktu belakangan, ramai diberitakan rencana investasi Tesla di Indonesia. Apa yang Anda ketahui dari rencana itu?
Jadi, ini menarik. Sangat dinamis bagi perusahaan seperti Tesla untuk berada di Indonesia. Saya tidak tahu Tesla punya rencana khusus.

Beberapa waktu lalu, saya duduk di sebelah mantan PM Inggris Tony Blair dalam sebuah sesi makan siang dengan Presiden AS Donald Trump. Saat itu, Blair bilang begini, "Anda tahu, Tesla harus ada di Indonesia, kita harus berbicara dengan Elon Musk (CEO Tesla)". Setelah itu saya mengontak Musk untuk mengetahui apakah ada kemungkinan Tesla berinvestasi di sini.

Saya tidak memiliki jawaban yang pasti. Yang saya tahu dan saya yakini adalah perusahaan seperti Tesla, sama seperti banyak perusahaan AS akan berpatokan kepada business environment. Business environment berkaitan dengan UU baru (UU Cipta Kerja). Sebab, ini adalah perubahan besar dan lagi-lagi penting oleh aturan turunan yang dijabarkan dengan tepat. Saya pikir Anda akan melihat perubahan besar pada perusahaan AS, dan mudah-mudahan itu termasuk Tesla.

Bagaimana pandangan umum Anda perihal kemajuan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan kaitannya dengan status Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Seberapa menarik Indonesia sebagai tujuan investasi bagi perusahaan AS?
Begini, menurut saya Indonesia punya potensi menjadi one-stop shoping untuk itu. Indonesia memiliki potensi besar dari sisi nikel. Namun, kebanyakan nikel itu 'pergi' ke China. Jadi, mengapa nikel itu tidak 'tinggal' di Indonesia? Indonesia telah bertumbuh dan itulah mengapa menurut saya sangat penting memaksimalkan nikel itu dalam proses bisnis di tanah air dengan membawa investasi masuk ketimbang membiarkannya 'terbang' ke China.

Jadi, saya pikir itulah mengapa ini sangat menarik. Saya sangat berharap melihat perusahaan swasta dari Amerika Serikat, sekarang benar-benar berlipat ganda di Indonesia, karena lagi-lagi hal nomor satu yang menahan mereka adalah pengalaman masa lalu.

Tahukah Anda, kami mencobanya 10-20 tahun yang lalu, ini membutuhkan usaha ekstra. Benar-benar lingkungan yang sulit. Kami harus pergi ke 17 'agen' berbeda untuk mendirikan 'toko'. Jika Anda melihat omnibus law, salah satu hal penting yang dilakukannya adalah mengatakan "Hei, dengarkan, sekarang ini akan menjadi toko serba ada" dan beginilah cara kerjanya. Jadi kuncinya sekarang adalah memasukkan prinsip-prinsip dalam omnibus law ke dalam aturan turunannya.

Dan sekali lagi, Indonesia adalah pasar yang luar biasa. Indonesia berisi kelompok individu yang sangat tangguh dan kuat. Anda memiliki populasi yang besar. Indonesia siap untuk naik ke level berikutnya, dan Anda memiliki PDB senilai US$ 1,1 triliun. Saya menilai PDB Indonesia akan tumbuh menjadi US$ 3 triliun hingga US$ 5 triliun dalam waktu yang tidak terlalu lama, sekitar 10 tahun dari sekarang, jika Anda melakukan hal yang benar seperti yang Anda lakukan sekarang. Jadi sekali lagi, Amerika Serikat akan melihat ini sebagai langkah yang sangat positif.

Terakhir kali Anda berkunjung ke Indonesia, Anda menyebutkan sedang menyusun daftar investasi potensial. Bisakah Anda mengungkapkan beberapa di antaranya?
Tentu. Kami menyusun investasi kami berdasarkan skala proyek infrastruktur yang besar dan kemudian yang kecil. Kami menginginkan keseimbangan. Kami banyak mencari proyek-proyek energi terbarukan. Misalnya proyek perluasan kebun angin di Sidrap (Sulawesi Selatan). Kami tertarik dengan proyek itu.

Kami mengetahui isu terkait biaya per kilowatt-hour listrik di Indonesia. Kami ingin menurunkan biaya tersebut dengan harga yang terjangkau untuk rata-rata orang di Indonesia. Jadi menurut saya ini adalah bagian penting untuk portofolio energi terbarukan. Di sisi dan waktu yang sama, kami melihat investasi skala kecil dan menengah dan kami sedang memperluas investasi perawatan kesehatan kami.

Hal-hal apa yang Pak Luhut, Pak Erick, dan saya bicarakan, dan saya tahu Presiden Jokowi sangat memahami hal ini, karena saya ingin sekali melihat kampus AS tumbuh di Indonesia. Saya tahu pemerintah Indonesia akan senang melihat itu dan saya pikir, mungkin sekarang dengan kawasan ekonomi khusus sebagai bagian dari Omnibus Law, kampus AS bisa berdiri di Indonesia.

Saya juga ingin melihat sistem kesehatan AS terkemuka hadir di sini seperti John Hopkins Medical. Itu satu hal yang kita diskusikan. Karena cara untuk mendekatkan Indonesia dengan AS adalah mendirikan lembaga-lembaga di mana orang-orang sangat akrab satu sama lain. Jadi saya pikir itu sangat menarik.

Kami juga melakukan perjalanan ke Jawa Barat. Jadi kami sudah selesai di Jawa Barat, dan saya memiliki percakapan yang sangat baik dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Apa yang Anda bicarakan dengan Ridwan Kamil?
Kami berbicara banyak tentang investasi di Jawa Barat. Saya terkesan dengan kemajuan yang telah dicapai Jawa Barat. Ridwan Kamil ingin memaksimalkan peran swasta, jadi kami membahas Tesla di sana, kami membahas soal kampus/universitas dan kemudian kami membahas investasi terkait perawatan kesehatan dan infrastruktur.

Jadi saya ingin memastikan. Karena saya tahu penting untuk berbicara di Jakarta dan menghabiskan waktu, tetapi saya juga ingin keluar ke daerah lain di Indonesia dan berbicara dengan para gubernur. Sebab menurut saya dukungan pemerintah lokal sangat penting.

Bisa Anda uraikan lebih lanjut tentang salah satu poin yang anda bicarakan dengan Ridwan Kamil, yaitu Tesla?
Gubernur Jawa Barat cukup tertarik untuk menarik Tesla, saya bisa katakan dengan jelas. Dengan Indonesia, ada banyak minat pada Tesla, itu bagus. Itu perusahaan yang hebat. Elon adalah orang yang hebat, jadi dia juga cukup tertarik, dan saya pikir Anda mendapat sedikit lebih sedikit dalam deposit nikel, tapi saya pikir maksudnya adalah kami ingin melakukan pekerjaan pascaproduksi di Jawa Barat, dan dia secara pribadi tertarik untuk terlibat.

Jadi saya pikir sangat jelas bahwa mereka memiliki banyak ketertarikan pada investasi AS dan mereka ingin menjadi sangat agresif. Jadi kami membahasnya juga.

Ada sektor tertentu yang Anda minati di Jawa Barat, selain mendirikan universitas dan perawatan kesehatan?
Banyak sekali. Kami juga membahas beberapa proyek, tapi ya, pendidikan, perawatan kesehatan, teknologi. Saya pikir Jawa Barat benar-benar mulai mengidentifikasi dirinya sebagai pemimpin teknologi di Indonesia. Ini adalah area yang cukup menarik, karena Indonesia memiliki dunia startup teknologi yang sangat matang dan kuat, dan kami melihatnya dan itu sangat menarik. Karena ini adalah tempat di mana Indonesia dan Amerika Serikat benar-benar dapat berkolaborasi.



Faktanya, salah satu hal yang disarankan oleh Gubernur Jawa Barat adalah menjalin hubungan dengan California. Seperti yang Anda tahu dia (Ridwan) bersekolah di Berkeley di California. Jadi saya pikir dia sangat dekat dengan San Francisco dan Anda juga memiliki beberapa pengetahuan terkait pengalamannya.

Kami akan memberitahu Gubernur California Gavin Newsom. Tapi Anda tahu apa yang menarik tentang Jawa Barat dan California, Anda memiliki jumlah populasi yang sama, dan saya pikir fokusnya nyata pada teknologi. Area tersebut cukup kuat dan area lain yang menarik untuk diinvestasikan karena pasar privat kita berorientasi ke sana.

Anda menyebutkan ini sebelumnya, tentang pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara. Ada kabar terbaru terkait proyek itu?
Ya, kesepakatan itu sedang dalam proses dan saya pikir Anda akan melihat perkembangan nyata terkait PLTA tersebut. Itu adalah bidang yang sangat menarik bagi kami dan kami sedang melakukan kajian. Tetapi saya tidak akan terkejut jika melihat investasi Amerika di bidang itu karena energi terbarukan cukup menarik. Jadi proses kajian kami belum selesai, namun saya ingin melihat investasi di sana.

Apakah Anda telah memperkirakan jumlah nilai investasi untuk proyek ini?
Nilainya sekitar US$ 750 juta lebih.

Pertanyaan terakhir, apa saran Anda untuk Indonesia, selain Omnibus Law, dalam menarik investasi dari luar negeri?
Saya pikir yang utama adalah Anda tahu satu hal bahwa Presiden Jokowi telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dan dia memiliki sekelompok menteri yang berkomitmen pada peran swasta dalam kekuatan ekonomi Indonesia dan kami melihat itu di Amerika Serikat .

Satu hal yang dibahas oleh Pak Luhut, Presiden Jokowi dan saya dalam kunjungan kali ini adalah melihat hubungan antar bangsa. AS dan Indonesia berada pada level yang sangat kuat, tetapi mungkin di antara negara mana pun, kami harus melakukan yang terbaik dengan cara yang positif. Ini adalah kesempatan paling positif.

Jadi apa yang Anda lihat ke depan, berdasarkan keseluruhan, Anda akan melihat dengan jelas aspek kesepakatan perdagangan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan segera berkunjung.

Saya ingin berhenti sejenak dan melihat, ini belum pernah terjadi sebelumnya bagi AS dan Indonesia untuk memiliki tingkat kerja sama yang sama. Jadi, yang akan Anda lihat adalah hubungan yang secara fundamental baru dan lebih kuat antara kedua negara.

Kami sangat antusias menyambut kedatangan Presiden Jokowi ke AS pada waktu yang tepat. Saya tahu bahwa presiden AS adalah merupakan sosok yang antusias dengan hubungan yang hebat. Dan yang akan Anda lihat adalah lebih banyak interaksi antara kedua negara. Kita harus menjadi teman berdasarkan kepentingan bersama kita.

Jadi, ini adalah perubahan besar. Itu akan terjadi. Cara terbaik mendekatkan AS ke suatu negara adalah menggunakan pasar domestik kami. Dengan adanya omnibus law, pasar domestik AS akan semakin terbuka dan saya pikir dalam beberapa tahun mendatang, Anda akan melihat hubungan kedua negara meningkat secara signifikan. Saya sangat bersemangat. Saya pikir presiden Anda melakukan hal yang benar di sini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular