
Cerita Adam Boehler Soal Omnibus Law RI, Tesla, Hingga Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang pengujung Oktober 2020, Indonesia kedatangan tamu penting. Ia adalah Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S Boehler. Bertempat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat (23/10/2020), Adam menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.
Sejumlah topik mewarnai pembicaraan Adam dan Luhut. Salah satunya berkaitan denganĀ Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF) yang siap dibentuk Pemerintah Indonesia.Seperti diketahui, LPI akan memiliki modal awal US$ 5 miliar atau setara Rp 75 triliun. Dengan nilai ekuitas ini, Pemerintah RI berharap bisa menarik dana investasi hingga tiga kali lipat atau mencapai Rp 225 triliun.
Modal awal LPI akan berasal dari kombinasi aset negara, aset BUMN, dan sumber lainnya. Pemerintah RI menargetkan LPI Indonesia akan beroperasi awal tahun 2021. Hal itu kian diperkuat dengan disahkannya UU Cipta Kerja (Ciptaker), sehingga badan hukum bisa menjalankan fungsi penanaman modal bagi pemerintah pusat.
Lantas, apa tanggapan Adam terkait LPI? Bagaimana pula dengan kabar rencana investasi raksasa otomotif AS Tesla Inc. di tanah air? Seperti apa relasi Adam dengan Luhut dan menteri-menteri lain dalam Kabinet Indonesia Maju?
Simak petikan wawancara Adam dengan CNBC Indonesia yang dilakukan via zoom dan ditayangkan pada program Power Lunch, Rabu (28/10/2020):
Adam, beberapa waktu lalu, Anda berkunjung ke Indonesia. Ini merupakan kunjungan kedua Anda ke Indonesia. Salah satu sosok yang Anda temui adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan. Dapatkah Anda menyampaikan update terbaru terkait SWF atau potensi investasi lain di Indonesia?
Pertemuan kami berjalan baik dan serius. Saya menghabiskan waktu tiga hari di Indonesia. Selain di Jakarta, saya juga ke Bandung. Yang menarik, kami datang tidak lama setelah pemerintah Indonesia mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Menurut saya, UU ini penting karena akan membuka potensi pasar yang lebih luas. Selain itu, kami juga datang bersama lima lembaga pemerintah AS lainnya.
Apa tanggapan Anda perihal SWF yang akan mulai berjalan tahun depan? Berapa nominal dana yang akan diinvestasikan oleh IDFC?Kami belum merencanakan jumlah tertentu... Akan tetapi kami telah bekerja sama dengan sangat erat dengan Pak Luhut dan sejumlah pihak di Indonesia terkait hal itu.
Menurut saya, jika kita berbicara soal Indonesia, ada peluang yang sangat besar bagi pihak swasta untuk terlibat, dalam konteks ini bagi pihak swasta yang berasal dari Amerika Serikat. Sebelum kami datang ke Indonesia, ada 100 perusahaan di AS yang mengatakan Indonesia merupakan pasar yang ingin dimasuki akan tetapi sangat sulit untuk melakukan investasi.
Aspek penting dari SWF adalah Ia membuka potensi pasar yang lebih luas, terutama bagi perusahaan AS yang berada di luar negeri. Kita membicarakan investasi miliaran dolar AS dan kami telah mengambil praktik-praktik di India dan sejumlah negara lain yang mana ada investasi dari UEA. Kami telah mempelajari beberapa hal yang positif dan negatif terkait SWF. Saat kami berdiskusi dengan Pak Jokowi dan Pak Luhut, kami juga memberikan saran terkait SWF Indonesia.
Terkait dengan omnibus law UU Cipta Kerja, bagaimana tanggapan Anda terutama kaitannya dengan investasi dan kepentingan perusahaan AS di Indonesia?
Saya pikir ini adalah langkah besar. Sekarang kuncinya adalah aspek-aspek apa yang akan masuk ke dalam regulasi turunannya. Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia dengan penduduk muslim terbesar di Indonesia. Ini merupakan potensi yang besar bagi pihak swasta AS. Secara geografi, kita memang berjauhan. Akan tetapi, sekarang adalah abad 21 dan kita bisa mengatasi hal itu.
Dalam bisnis, yang penting adalah transparansi, akuntabilitas, dan daya saing. Jika negara Anda memiliki semua aspek itu, maka Anda dapat menarik banyak investasi. Jadi, ada banyak perusahaan swasta AS yang berada dalam posisi wait and see. Saya pikir Anda akan melihat investasi mereka masuk ke Indonesia setelah aturan turunan UU Cipta Kerja diselesaikan.
Dalam kunjungan terakhir ke Indonesia, Anda mengatakan ada sekitar US$ 5 miliar yang dapat diinvestasikan di Indonesia. Bagaimana dengan saat ini? Anda tahu, saya akan tetap berpegang pada angka itu. Tapi nilainya bisa lebih banyak lagi. Kalau kita bicara tentang AS, apa yang menjadi kekuatan terbesarnya? Pasar domestik. Itu yang kita tahu, itu yang orang Indonesia tahu. Mereka tahu produk kita, mereka tahu pasar domestik kita. Jadi tugas kita adalah bekerja. SWF atau semacamnya akan membantu perusahaan AS dan perusahaan internasional lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.
Lihatlah ukuran ekonomi AS, lihatlah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini adalah peluang yang sempurna. Anda memiliki pemerintahan yang sangat memfasilitasi pihak swasta. Pada akhirnya, siapa yang akan mendapat keuntungan? Tentu Indonesia. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia akan meningkat. Itu yang akan terjadi. Jadi saya pikir US$ 5 miliar hanyalah puncak gunung es.
Beberapa waktu belakangan, ramai diberitakan rencana investasi Tesla di Indonesia. Apa yang Anda ketahui dari rencana itu?
Jadi, ini menarik. Sangat dinamis bagi perusahaan seperti Tesla untuk berada di Indonesia. Saya tidak tahu Tesla punya rencana khusus.
Beberapa waktu lalu, saya duduk di sebelah mantan PM Inggris Tony Blair dalam sebuah sesi makan siang dengan Presiden AS Donald Trump. Saat itu, Blair bilang begini, "Anda tahu, Tesla harus ada di Indonesia, kita harus berbicara dengan Elon Musk (CEO Tesla)". Setelah itu saya mengontak Musk untuk mengetahui apakah ada kemungkinan Tesla berinvestasi di sini.
Saya tidak memiliki jawaban yang pasti. Yang saya tahu dan saya yakini adalah perusahaan seperti Tesla, sama seperti banyak perusahaan AS akan berpatokan kepada business environment. Business environment berkaitan dengan UU baru (UU Cipta Kerja). Sebab, ini adalah perubahan besar dan lagi-lagi penting oleh aturan turunan yang dijabarkan dengan tepat. Saya pikir Anda akan melihat perubahan besar pada perusahaan AS, dan mudah-mudahan itu termasuk Tesla.
Bagaimana pandangan umum Anda perihal kemajuan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan kaitannya dengan status Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Seberapa menarik Indonesia sebagai tujuan investasi bagi perusahaan AS?
Begini, menurut saya Indonesia punya potensi menjadi one-stop shoping untuk itu. Indonesia memiliki potensi besar dari sisi nikel. Namun, kebanyakan nikel itu 'pergi' ke China. Jadi, mengapa nikel itu tidak 'tinggal' di Indonesia? Indonesia telah bertumbuh dan itulah mengapa menurut saya sangat penting memaksimalkan nikel itu dalam proses bisnis di tanah air dengan membawa investasi masuk ketimbang membiarkannya 'terbang' ke China.
Jadi, saya pikir itulah mengapa ini sangat menarik. Saya sangat berharap melihat perusahaan swasta dari Amerika Serikat, sekarang benar-benar berlipat ganda di Indonesia, karena lagi-lagi hal nomor satu yang menahan mereka adalah pengalaman masa lalu.
Tahukah Anda, kami mencobanya 10-20 tahun yang lalu, ini membutuhkan usaha ekstra. Benar-benar lingkungan yang sulit. Kami harus pergi ke 17 'agen' berbeda untuk mendirikan 'toko'. Jika Anda melihat omnibus law, salah satu hal penting yang dilakukannya adalah mengatakan "Hei, dengarkan, sekarang ini akan menjadi toko serba ada" dan beginilah cara kerjanya. Jadi kuncinya sekarang adalah memasukkan prinsip-prinsip dalam omnibus law ke dalam aturan turunannya.
Dan sekali lagi, Indonesia adalah pasar yang luar biasa. Indonesia berisi kelompok individu yang sangat tangguh dan kuat. Anda memiliki populasi yang besar. Indonesia siap untuk naik ke level berikutnya, dan Anda memiliki PDB senilai US$ 1,1 triliun. Saya menilai PDB Indonesia akan tumbuh menjadi US$ 3 triliun hingga US$ 5 triliun dalam waktu yang tidak terlalu lama, sekitar 10 tahun dari sekarang, jika Anda melakukan hal yang benar seperti yang Anda lakukan sekarang. Jadi sekali lagi, Amerika Serikat akan melihat ini sebagai langkah yang sangat positif.
