CNBC Indonesia Research

Rokok Murah Banjiri Pasar, Orang RI Masih Bisa 'Ngebul'

Chandra Asmara & Maesaroh & Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
Jumat, 28/10/2022 07:00 WIB
Foto: Penjualan Rokok Murah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabkik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19, perlambatan ekonomi, hingga kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi mengubah tren industri rokok Indonesia. Pandemi tidak hanya memudarkan popularitas rokok sigaret putih mesin (SPM) tetapi juga membuat pasar domestik dibanjiri rokok murah.

Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia pada Maret 2020 hingga saat ini atau 2,5 tahun terakhir, puluhan produk rokok murah diluncurkan. Tidak hanya pemain kecil dari daerah, rokok murah juga dikeluarkan pabrikan the big three Tanah Air yakni PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam, dan PT Djarum.

Salah satu produk rokok murah yang diluncurkan HM Sampoerna adalah Marlboro Crafted Authentic. Produk yang diluncurkan pada Maret 2022 dijual di bawah di kisaran Rp 8.000-Rp 10.000 dengan isi 12 batang per pack.


Djarum meluncurkan produk seperti Djarum Super Next dan Djarum Wave yang dibanderol Rp 16.000 untuk 12 batang.
Gudang Garam me-relaunch Gudang Garam Signature Mild dengan varian 12 batang per pack, dari sebelumnya 16 batang sehingga harganya lebih terjangkau menjadi Rp 18.000 per pack.


Peluncuran rokok murah menjadi strategi perusahaan di tengah pandemi yang meluluhlantakan ekonomi. Sebagai catatan, pandemi menyeret Indonesia ke jurang resesi pada kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.

Pandemi memaksa pemerintah untuk membatasi aktivitas ekonomi dan masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga pun jeblok. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi Indonesia terkontraksi selama setahun pada periode resesi. Anjloknya konsumsi tersebut tentu saja berimbas kepada penjualan rokok di Indonesia.

Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan konsumsi rokok domestik pada 2020 mencapai 322 miliar batang atau turun 9,7%.

Penurunan ini langsung berimbas kepada pabrikan besar. Volume penjualan Sampoerna pada tahun 2020 anjlok 19,3% menjadi 79,5 miliar unit. Penjualan bersih mereka anjok 12,95 sementara laba bersih tergerus 37%.
Gudang Garam mencatatkan penurunan volume penjualan sebesar 6,5% dan laba bersih sebesar 29% pada 2020.

Penurunan penjualan rokok domestik sejak pandemi terutama terjadi pada kelas SPM. Karena itulah, HM Sampoerna menjadi salah satu perusahaan yang paling terimbas pada awal pandemi. Sebagai catatan, perusahaan yang berdiri pada 1913 menguasai lebih dari 50% pasar rokok SPM Tanah Air.

"Dampak ekonomi dari pandemi mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat yang sebelum Covid-19 sudah pada titik rendah. Hal ini menyebabkan perpindahan pembelian ke produk dengan harga murah (downtrading)," tulis Sampoerna dalam laporan tahunan 2020.

Fenomena serupa juga diamini Gudang Garam. Dalam laporan tahun 2020, perusahaan asal Kediri Jawa Timur tersebut menyebut ada kecenderungan konsumen beralih ke merek rokok dengan harga lebih murah. Fenomena tersebut telah berlangsung sejak 2020 akibat menurunnya daya beli konsumen di segmen yang berpenghasilan lebih rendah.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu Pastikan Cukai Rokok Tidak Naik

Pages