
Ini Sederet Bukti 'Hantu' Stagflasi Bukan Isapan Jempol

Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan dampak perang Rusia-Ukraina terhadap pasokan makanan, energi, dan ketahanan finansial. Ancaman stagflasi pun tergambar jelas.
Dalam laporan yang dirilis pada Rabu (8/6/2022) tersebut, perang telah memicu kenaikan harga pangan dan energi. Indeks harga makanan sudah menembus rekor tertingginya disusul kenaikan harga pupuk, bahan bakar, hingga ongkos perdagangan.
Kenaikan harga dan biaya tersebut akhirnya dapat berujung pada melambungnya inflasi. Di beberapa negara, inflasi bahkan telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade.
Pada saat inflasi terus terkerek, pertumbuhan ekonomi justru cenderung stagnan. Bahkan, untuk sebagian negara, sejumlah lembaga keuangan dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya.
PBB sendiri dalam laporannya menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 telah diturunkan hingga 1%, yakni dari 3,6% menjadi 2,6%.
Sementara itu, dalam laporan Global Economic Prospects terbaru, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 2,9% pada tahun ini dari 5,7% pada 2021. Angka proyeksi yang baru itu pun lebih rendah 1,2% dari perkiraan pada Januari lalu sebesar 4,1%.
![]() |
Bank yang berbasis di Washington itu pun meramalkan pertumbuhan ekonomi global akan berada di kisaran tersebut hingga 2024, sementara inflasi melambung di atas target.
Tingginya inflasi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut membuat ancaman stgflasi global kian nyata.
"Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Presiden Bank Dunia David Malpass, mengutip CNBC International.
Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam menjadi 2,6% pada 2022 dari 5,1% pada 2021 sebelum melambat lebih lanjut menjadi 2,2% pada 2023, kata laporan itu.
Sementara itu, ekspansi di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang diproyeksikan turun menjadi 3,4% pada 2022 dari 6,6% pada 2021, jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8% dari 2011 hingga 2019.
Adapun, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,1% atau jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serem! Dunia Bakal Dilanda Resesi, Ini Tanda-tandanya