Internasional

'Horor' Inflasi Sudah Tiba, Resesi dan Stagflasi Menanti?

luc, CNBC Indonesia
11 June 2022 10:15
Ilustrasi Resesi (Photo by MART/Pexels)
Foto: Ilustrasi Resesi (Photo by MART/Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Melonjaknya inflasi ditambah ancaman resesi terus menghantui sejumlah negara pada tahun ini.

Terbaru, Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan inflasi Mei 2022 sebesar 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Berdasarkan data Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS yang dikutip Trading Economics, Jumat (10/6/2022), inflasi Mei itu juga mematahkan rekor sebelumnya yang terjadi pada Maret 2022 sebesar 8,5% dan menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981. Adapun, inflasi pada April 2022 sebesar 8,3%.

Torehan inflasi itu pun berada di bawah konsensus dan ekspektasi para ekonom sebesar 8,3% atau sama dengan bulan sebelumnya.

Sejumlah faktor menjadi pendorong inflasi Mei tersebut. Harga energi naik 34,6%, terbesar sejak September 2005 dan harga makanan melonjak 10,1%, kenaikan pertama 10% atau lebih sejak periode yang berakhir Maret 1981.

Hal itu pun kembali meningkatkan kekhawatiran akan adanya stagflasi global. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi pun nyatanya masih megap-megap.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya telah merilis laporan dampak perang Rusia-Ukraina terhadap pasokan makanan, energi, dan ketahanan finansial.

Infografis: Catat! 6 Hal yang Wajib Dilakukan Kalau (Amit-amit) ResesiIlustrasi resesi

Dalam laporan yang dirilis pada Rabu (8/6/2022) tersebut, pertumbuhan ekonomi global justru cenderung stagnan. Bahkan, untuk sebagian negara, sejumlah lembaga keuangan dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya.

PBB sendiri dalam laporannya menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 telah diturunkan hingga 1%, yakni dari 3,6% menjadi 2,6%.

Sementara itu, dalam laporan Global Economic Prospects terbaru, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 2,9% pada tahun ini dari 5,7% pada 2021. Angka proyeksi yang baru itu pun lebih rendah 1,2% dari perkiraan pada Januari lalu sebesar 4,1%.

Bank yang berbasis di Washington itu pun meramalkan pertumbuhan ekonomi global akan berada di kisaran tersebut hingga 2024, sementara inflasi melambung di atas target

Tingginya inflasi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut membuat ancaman stgflasi global kian nyata.

"Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Presiden Bank Dunia David Malpass, mengutip CNBC International.

Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam menjadi 2,6% pada 2022 dari 5,1% pada 2021 sebelum melambat lebih lanjut menjadi 2,2% pada 2023, kata laporan itu.

Sementara itu, ekspansi di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang diproyeksikan turun menjadi 3,4% pada 2022 dari 6,6% pada 2021, jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8% dari 2011 hingga 2019.

Adapun, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,1% atau jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serem! Dunia Bakal Dilanda Resesi, Ini Tanda-tandanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular