Internasional

Bank Dunia Sebut Resesi Global Mengancam, Ini Biang Keroknya!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
09 June 2022 08:45
World Bank
Foto: World Bank (Reuters)

Jakarta, CNBC IndonesiaBank Dunia (World Bank) memberikan peringatan terbaru terkait resesi global. Hal ini disampaikan lembaga keuangan global itu pada Selasa (7/6/2022) saat memangkas pertumbuhan tahunannya.

Ekonomi global diperkirakan hanya akan tumbuh 2,9%, sekitar 1,2 poin persentase di bawah perkiraan Januari lalu. Padahal, pemulihan pertumbuhan menjadi 5,1% sempat terjadi di 2021 menyusul meredanya pandemi.

Pelemahan ini dipicu oleh serangan Rusia ke Ukraina. Serangan Moskow membuat harga pangan, terutama gandum, dan energi, terutama minyak, melonjak dan membahayakan negara terutama kelompok miskin serta industri pupuk serta biaya transportasi yang berujung ke harga barang dan makanan warga.

"Risiko dari stagflasi cukup besar dengan konsekuensi yang berpotensi mengganggu stabilitas bagi ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah," kata Presiden Bank Dunia David Malpass, dikutip AFP, Kamis (9/6/2022)."Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari."

Dan, tambahnya, jika risiko terhadap prospek terwujud, pertumbuhan global dapat melambat bahkan lebih tajam. "Ini memicu resesi di seluruh dunia" ujar Malpass memperingatkan lagi.

Bank Dunia menghimbau agar negara tidak mencoba menyelesaikan lonjakan inflasi dengan kontrol harga atau pembatasan ekspor. Ini justru akan memperkeruh keadaan, memperbesar kenaikan dan mendistorsi pasar.

"Jika kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat menyebabkan tekanan keuangan akut di pasar negara dan ekonomi berkembang, Uni Eropa akan menghadapi larangan tiba-tiba pada impor energi, dan China akan mengalami penguncian terkait pandemi baru, pertumbuhan global bisa turun lebih tajam pada 2022 dan hampir setengahnya pada tahun 2023. Masing-masing turun menjadi 2,1% dan 1,5%," ujar laporan lembaga itu lagi.

Sementara itu, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) juga meramal kemerosotan ekonomi global. Lembaga itu memprediksi ekonomi dunia hanya akan tumbuh 3%, turun 1,5 poin persentase dari proyeksi Desember 4,5%.

"Serangan (Rusia) ke Ukraina, bersama dengan penutupan di kota-kota besar dan pelabuhan di China karena kebijakan nol-Covid, telah menghasilkan serangkaian guncangan baru yang merugikan," kata laporan terbaru organisasi yang berbasis di Paris itu.

Inflasi juga diprediksi akan lebih tinggi. Ini terutama untuk kelompok 38 negara maju- Amerika Serikat, Australia, Jepang, Amerika Latin dan Eropa- menjadi 8,5%, tertinggi sejak 1988.

"Dunia akan membayar harga yang mahal untuk perang Rusia melawan Ukraina," tambah Kepala Ekonom dan Wakil Sekretaris Jenderal OECD, Laurence Boone.

"Krisis kemanusiaan sedang berlangsung di depan mata kita ... Sejauh mana pertumbuhan akan lebih rendah dan inflasi lebih tinggi akan tergantung pada bagaimana perang berkembang, tetapi jelas yang termiskin akan terpukul paling keras," tegasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Tsunami' Resesi di Depan Mata, Hantu Stagflasi Kian Nyata!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular