
Senjata Putin Kurang Mempan, Ekonomi Rusia Goyang

Jakarta, CNBC Indonesia - EkonomiĀ Rusia bakal kena imbas signifikan dari perang yang dilancarkan ke Presiden Vladimir Putin ke Ukraina. Kremlin akan melihat penyusutan ekonomi.
Menurut Institute of International Finance, kelompok perdagangan perbankan global, ekonomi Rusia di 2022 akan melambat 15%. Sementara di 2023 susut 3%.
Aturan pemerintah soal rubel, mata uang Rusia, memang sebagian telah melindungi ekonominya dari dampak penuh sanksi. Sebelumnya akibat serangan ke Ukraina, barat menerapkan hukuman ke Rusia mulai dari individu, perbankan, hingga larangan penjualan sejumlah komoditas unggulan.
Penjualan minyak dan gas alam yang telah dipersenjatai dengan kewajiban membayar dengan rubel dan masih lancar, membuatnya perkasa. Belum lagi aturan Bank Sentral Rusia (CBR), yang telah menaikkan suku bunga dan memberlakukan kontrol modal untuk mencegah uang keluar dari negara itu.
Saat sanksiĀ diterapkan, nilai tukar rubel jeblok hingga lebih dari 100% ke rekor terlemah sepanjang sejarah RUB 150/US$. Dampaknya, inflasi meroket dan perekonomian terpuruk.
Namun, langkah cepat CBR dan Putin membalikkan keadaan. Rubel kini menjadi mata uang terbaik di dunia, diperdagangkan di kisaran RUB 61/US$ atau menguat lebih dari 21% melawan dolar AS sepanjang tahun ini.
Tapi, lembaga keuangan tersebut berpendapat bahwa sanksi, sebagian telah mendorong perusahaan asing untuk meninggalkan Rusia. "(Ini) menguraikan ekonominya, menghapus lebih dari satu dekade pertumbuhan ekonomi, dan beberapa konsekuensi paling berarti belum dirasakan," kata lembaga itu.
Sebelumnya, ramalan menyusutnya ekonomi Rusia juga dimuat Bank Dunia (World Bank) Selasa. Ekonomi Rusia diperkirakan akan mengalami kontraksi tahun ini sebesar 11,3%.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Slow But Sure Mr Putin, Ekonomi Rusia Bakal Merana
