
Awas! Dunia Terancam Jatuh ke Lubang Stagflasi, Resesi Global

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global terancam jatuh ke periode berbahaya yakni "stagflasi". Bank Dunia (World Bank) memperingatkan Selasa (7/6/2022) saat memangkas pertumbuhan tahunannya.
Ekonomi global diperkirakan hanya akan tumbuh 2,9%, sekitar 1,2 poin persentase di bawah perkiraan Januari lalu. Padahal, pemulihan pertumbuhan menjadi 5,1% sempat terjadi di 2021 menyusul meredanya pandemi.
Hal itu dipicu serangan Rusia ke Ukraina. Invasi Moskow membuat harga pangan, terutama gandum, dan energi, terutama minyak, melonjak dan membahayakan negara terutama kelompok miskin serta industri pupuk serta biaya transportasi yang berujung ke harga barang dan makanan warga.
"Risiko dari stagflasi cukup besar dengan konsekuensi yang berpotensi mengganggu stabilitas bagi ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah," kata Presiden Bank Dunia David Malpass, dikutip AFP, Rabu. "Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari."
Dan, tambahnya, jika risiko terhadap prospek terwujud, pertumbuhan global dapat melambat bahkan lebih tajam. "Ini memicu resesi di seluruh dunia" ujar Malpass memperingatkan.
Bank Dunia mencatat sebenarnya situasi saat ini sedikit sama dengan tahun 1970-an. Ketika pertumbuhan terhenti dan inflasi meroket dengan faktor pasokan yang memicu kenaikan harga dan periode suku bunga rendah yang lama.
Namun berbeda dengan periode itu, dolar AS kuat. Selain itu lembaga keuangan utama berada dalam posisi yang solid.
Bank Dunia memperingatkan agar negara tidak mencoba menyelesaikan lonjakan inflasi dengan kontrol harga atau pembatasan ekspor. Ini justru akan memperkeruh keadaan, memperbesar kenaikan dan mendistorsi pasar.
"Jika kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat menyebabkan tekanan keuangan akut di pasar negara dan ekonomi berkembang, Uni Eropa akan menghadapi larangan tiba-tiba pada impor energi, dan China akan mengalami penguncian terkait pandemi baru, pertumbuhan global bisa turun lebih tajam pada 2022 dan hampir setengahnya pada tahun 2023. Masing-masing turun menjadi 2,1% dan 1,5%," ujar laporan lembaga itu lagi.
Secara rinci di 2022, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan AS sebesar 1,2 poin menjadi 2,5%. China diturunkan 0,8 poin ke level yang sangat rendah 4,3%.
Sementara perkiraan kawasan Eropa dipotong menjadi 2,5% dan Jepang menjadi 1,7%. Ekonomi Rusia diperkirakan akan mengalami kontraksi tahun ini sebesar 11,3%.
Indonesia sendiri diyakini akan tumbuh 5,1%. Turun tipis 0,1 poin persentase dibandingkan proyeksi Januari.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Tsunami' Resesi di Depan Mata, Hantu Stagflasi Kian Nyata!
