Bank Dunia, IMF, Bahkan BI Tega 'Sunat' Proyeksi Ekonomi RI

Maesaroh, CNBC Indonesia
20 April 2022 12:59
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/3/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/3/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

David mengatakan dampak perang Rusia-Ukraina dan lockdown China sebenarnya sudah berimbas kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini. Namun, karena ada momen Ramadan dan Lebaran, dampak tersebut belum terlalu terasa kepada perekonomian Indonesia.

Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) serta momen Ramadan dan Lebaran akan sangat mendongkrak konsumsi rumah tangga tahun ini.
Sebagai catatan, untuk pertama kalinya sejak 2020, umat Islam Indonesia diizinkan merayakan Ramadhan dan Lebaran dengan meriah. Termasuk di dalamnya adalah memperbolehkan Sholat Tarawih dan mudik. Kondisi tersebut diyakini akan menaikkan konsumsi rumah tangga serta menggerakkan perekonomian Indonesia dengan lebih cepat.


Berdasarkan hitungan BCA, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% pada tahun ini atau mendekati level sebelum pra-pandemi.

Dengan kontribusi hingga 56%, konsumsi rumah tangga adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Secara historis, konsumsi Indonesia tumbuh sekitar 5% tetapi angka itu turun drastis selama pandemi Covid-19 karena anjloknya permintaan. Pada tahun 2020, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 1,96% sementara pada tahun lalu sebesar 2,02%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaranSumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran

Di luar konsumsi rumah tangga, ekspor juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Kenaikan harga komoditas membuat neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus hingga US$ 9,33 miliar di kuartal I tahun ini, jauh lebih besar dibandingkan kuartal I/2021 yang tercatat US$ 5,52 miliar. Pada tahun 2021, ekspor barang dan jasa tumbuh 24%.

Sementara itu, peran belanja negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak sebesar di tahun pertama dan kedua pandemi. "Belanja pemerintah kemungkinan akan besar untuk subsidi," ujar David.

Ekonom UOB Enrico Tanuwijaja mengatakan kenaikan harga komoditas akan meningkatkan kontribusi ekspor kepada pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, kondisi tersebut bisa membatasi konsumsi masyarakat karena harga barang yang semakin mahal.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular