Bank Dunia, IMF, Bahkan BI Tega 'Sunat' Proyeksi Ekonomi RI

Maesaroh, CNBC Indonesia
20 April 2022 12:59
Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan
Foto: Suasana proyek Tol Jakarta – Cikampek II Selatan di kawasan Sadang, Jawa Barat, Jumat (25/3/2022). Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan memiliki panjang 64 km yang terdiri atas 3 seksi. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah lembaga mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level yang lebih rendah. Perang Rusia-Ukraina, kenaikan inflasi, serta melemahnya investasi menjadi penyebabnya.

Bank Indonesia (BI) menjadi lembaga terakhir yang mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,5-5,3% pada tahun ini. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan ramalan BI sebelumnya yakni di kisaran 4,7-5,5%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penurunan proyeksi tidak bisa dilepaskan dari perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, pola pertumbuhan kita mengalami perubahan akibat ketegangan Rusia-Ukraina. Volume ekspor diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelum terjadinya perang.

"Sejumlah mitra dagang menunjukkan penurunan pertumbuhan. Di samping juga masih ada gangguan mata rantai global. Pertumbuhan masih tinggi tapi tidak setinggi sebelumnya karena kenaikan permintaan sedikit lebih rendah," tutur Perry setelah menggelar Rapat Dewan Gubenur (RDG), Selasa (19/4/2022).

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia terkontraksi sepanjang kuartal II/2020 hingga kuartal I/2021 karena pandemi Covid-19. Pada kuartal IV/2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% (year on year/YoY) sementara untuk keseluruhan tahun 2021 tumbuh 3,69%.

Selain BI, lembaga lain juga telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai dari Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Central Asia (BCA), dan UOB. Pemerintah sendiri masih mempertahankan outlook pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,8-5,5%.


IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2022 dari 5,6% menjadi 5,4% pada 22 Maret 2022 lalu karena adanya ancaman downside risk dari varian baru Covid-19 serta pengetatan kebijakan moneter.

Sementara itu, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,6-5,1% untuk tahun ini. Proyeksi yang lebih rendah disebabkan dampak perang Rusia-Ukraina yang membuat inflasi melonjak. Pemangkasan proyeksi juga mempertimbangkan naiknya ketidakpastian global serta terganggunya rantai pasok global.

Sementara itu, BCA merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,0% menjadi 4,8% untuk tahun ini. Penurunan investasi serta kebijakan lockdown di China membuat ekonomi Indonesia tidak tumbuh sekencang perkiraan awal. UOB juga memangkas pertumbuhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8% dari forecast awal 5,0%.

"Ada beberapa faktor seperti perang Rusia dan Ukraina serta lockdwon di China. Kita lihat ada 45 kota yang di-lockdown di China dan hampir 45% kontribusinya ke ekonomi China," tutur David Sumual, Kepala Ekonom BCA, kepada CNBC Indonesia.


Lockdown China akan berpengaruh ke Indonesia melalui dua jalur yakni perdagangan dan investasi. China merupakan mitra dagang terbesar untuk Indonesia dengan share lebih dari 20% sehingga penurunan aktivitas ekonomi di China akibat lockdown sangat berpengaruh terhadap permintaan ekspor Indonesia.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada tahun 2021, China merupakan investor asing terbesar ketiga setelah Singapura dan Hong Kong.
David menjelaskan perang Rusia-Ukraina dan lockdown di China membuat investor asing, terutama China memilih untuk menahan diri.

"Investasi kemungkinan akan sangat berpengaruh karena investor memilih wait and see," kata David.

Pada tahun 2021, investasi tumbuh 3,89%, jauh di bawah rata-rata historisnya yang ada di kisaran 5-6%.

David mengatakan dampak perang Rusia-Ukraina dan lockdown China sebenarnya sudah berimbas kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini. Namun, karena ada momen Ramadan dan Lebaran, dampak tersebut belum terlalu terasa kepada perekonomian Indonesia.

Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) serta momen Ramadan dan Lebaran akan sangat mendongkrak konsumsi rumah tangga tahun ini.
Sebagai catatan, untuk pertama kalinya sejak 2020, umat Islam Indonesia diizinkan merayakan Ramadhan dan Lebaran dengan meriah. Termasuk di dalamnya adalah memperbolehkan Sholat Tarawih dan mudik. Kondisi tersebut diyakini akan menaikkan konsumsi rumah tangga serta menggerakkan perekonomian Indonesia dengan lebih cepat.


Berdasarkan hitungan BCA, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% pada tahun ini atau mendekati level sebelum pra-pandemi.

Dengan kontribusi hingga 56%, konsumsi rumah tangga adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Secara historis, konsumsi Indonesia tumbuh sekitar 5% tetapi angka itu turun drastis selama pandemi Covid-19 karena anjloknya permintaan. Pada tahun 2020, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 1,96% sementara pada tahun lalu sebesar 2,02%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaranSumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran

Di luar konsumsi rumah tangga, ekspor juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Kenaikan harga komoditas membuat neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus hingga US$ 9,33 miliar di kuartal I tahun ini, jauh lebih besar dibandingkan kuartal I/2021 yang tercatat US$ 5,52 miliar. Pada tahun 2021, ekspor barang dan jasa tumbuh 24%.

Sementara itu, peran belanja negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak sebesar di tahun pertama dan kedua pandemi. "Belanja pemerintah kemungkinan akan besar untuk subsidi," ujar David.

Ekonom UOB Enrico Tanuwijaja mengatakan kenaikan harga komoditas akan meningkatkan kontribusi ekspor kepada pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, kondisi tersebut bisa membatasi konsumsi masyarakat karena harga barang yang semakin mahal.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular