
Pak Jokowi, Kapan Nih Ekonomi RI Meroket Kayak Vietnam Cs?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh di kisaran 5% pada tahun ini. Kendati akan kembali ke level historisnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi sulit meroket hingga double digit seperti Vietnam, India, ataupun Arab Saudi.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh 5,23% (year on year/yoy) pada semester I-2022.
Selama tiga kuartal terakhir, ekonomi Indonesia juga tumbuh di atas 5%. Artinya, pada kuartal IV-2021 hingga kuartal II-2022, ekonomi sudah tumbuh ke level historinya sebelum pandemi Covid-19 setelah mengalami resesi pada periode 2020-2021.
Sebagai catatan, perekonomian Indonesia pada periode 2017-2019 atau sebelum pandemi juga berada di kisaran 5,09%.
Kendati sudah melaju, ekonomi Indonesia belum meroket hingga 7% seperti keinginan Presiden Joko Widodo atau menyentuh double digit seperti tetangganya Vietnam, Arab Saudi, dan India.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang mampu menembus 7,07% pada kuartal II-2021 tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya basis perhitungan pada periode kuartal II-2020 yang terkontraksi sebesar 5,32%.
Dalam catatan BPS, Indonesia pernah sekali mencatatkan pertumbuhan double digit yakni pada 1968 Pada tahun tersebut, ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,9%. Pertumbuhan melesat dibandingkan 1967 (1,4%).
Mantan Wakil Presiden Boediono dalam bukunya Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah mengatakan pada akhir 1960an hingga awal 1970an adalah masa Indonesia memasuki era yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Lonjakan harga minyak, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, serta reformasi besar-besaran pada bidang investasi membuat Indonesia kebanjiran aliran modal, baik dari dalam dan luar negeri.
Periode tersebut juga mengawali industrialisasi di Indonesia. Pada 1967-1972, rata-rata ekonomi tumbuh 10,3% di mana sektor industri mampu tumbuh 12,7%.
Ekonomi Indonesia juga mampu tumbuh tinggi pada 1980 dengan torehan 9,88% sebagai berkah dari kenaikan harga minyak. Pada periode 1994-1996, ekonomi Indonesia juga mengukir pertumbuhan hingga 7-8%.
Setelah era reformasi, ekonomi Indonesia juga mampu melesat dengan torehan di atas 6% pada periode 2007-2008 dan 2010-2012. Lagi-lagi, booming komoditas menjadi pendorongnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menjelaskan perekonomian Indonesia seharusnya bisa tumbuh di atas 7% pada 2021-2022 sebagai dampak lonjakan harga komoditas.
Namun, perlambatan ekonomi global menahan laju pertumbuhan tersebut.
"Commodity boom saat ini terjadi bersamaan dengan pandemi dan resesi sehingga ekonomi kita tidak mampu tumbuh tinggi. Tidak ada dorongan dari global yang membuat ekonomi kita tumbuh tinggi," tutur Piter, kepada CNBC Indonesia.
Piter menambahkan sangat sulit bagi Indonesia untuk menorehkan pertumbuhan double digit seperti pada 1968 karena skala ekonomi kita sudah jauh berbeda.
"Tahun segitu, Indonesia baru keluar dari periode 1965 dan baru keluar dari negara miskin jadi langsung tinggi. Sekarang kita kan masuk ke G-20 dan ekonominya sudah besar jadi susah untuk tumbuh tinggi (double digit)," imbuhnya.