CNBC Indonesia Research

Pak Jokowi, Kapan Nih Ekonomi RI Meroket Kayak Vietnam Cs?

Maesaroh, CNBC Indonesia
04 November 2022 15:20
Infografis, Mantap Pak Jokowi, RI Salip China dan AS
Foto: Infografis/ Pertumbuhan Ekonomi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh di kisaran 5% pada tahun ini. Kendati akan kembali ke level historisnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi sulit meroket hingga double digit seperti Vietnam, India, ataupun Arab Saudi.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh 5,23% (year on year/yoy) pada semester I-2022.

Selama tiga kuartal terakhir, ekonomi Indonesia juga tumbuh di atas 5%. Artinya, pada kuartal IV-2021 hingga kuartal II-2022, ekonomi sudah tumbuh ke level historinya sebelum pandemi Covid-19 setelah mengalami resesi pada periode 2020-2021.

Sebagai catatan, perekonomian Indonesia pada periode 2017-2019 atau sebelum pandemi juga berada di kisaran 5,09%.

Kendati sudah melaju, ekonomi Indonesia belum meroket hingga 7% seperti keinginan Presiden Joko Widodo atau menyentuh double digit seperti tetangganya Vietnam, Arab Saudi, dan India.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang mampu menembus 7,07% pada kuartal II-2021 tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya basis perhitungan pada periode kuartal II-2020 yang terkontraksi sebesar 5,32%.

Dalam catatan BPS, Indonesia pernah sekali mencatatkan pertumbuhan double digit yakni pada 1968 Pada tahun tersebut, ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,9%. Pertumbuhan melesat dibandingkan 1967 (1,4%).



Mantan Wakil Presiden Boediono dalam bukunya Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah mengatakan pada akhir 1960an hingga awal 1970an adalah masa Indonesia memasuki era yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lonjakan harga minyak, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, serta reformasi besar-besaran pada bidang investasi membuat Indonesia kebanjiran aliran modal, baik dari dalam dan luar negeri.

Periode tersebut juga mengawali industrialisasi di Indonesia. Pada 1967-1972, rata-rata ekonomi tumbuh 10,3% di mana sektor industri mampu tumbuh 12,7%.

Ekonomi Indonesia juga mampu tumbuh tinggi pada 1980 dengan torehan 9,88% sebagai berkah dari kenaikan harga minyak. Pada periode 1994-1996, ekonomi Indonesia juga mengukir pertumbuhan hingga 7-8%.

Setelah era reformasi, ekonomi Indonesia juga mampu melesat dengan torehan di atas 6% pada periode 2007-2008 dan 2010-2012. Lagi-lagi, booming komoditas menjadi pendorongnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menjelaskan perekonomian Indonesia seharusnya bisa tumbuh di atas 7% pada 2021-2022 sebagai dampak lonjakan harga komoditas.
Namun, perlambatan ekonomi global menahan laju pertumbuhan tersebut.

"Commodity boom saat ini terjadi bersamaan dengan pandemi dan resesi sehingga ekonomi kita tidak mampu tumbuh tinggi. Tidak ada dorongan dari global yang membuat ekonomi kita tumbuh tinggi," tutur Piter, kepada CNBC Indonesia.

Piter menambahkan sangat sulit bagi Indonesia untuk menorehkan pertumbuhan double digit seperti pada 1968 karena skala ekonomi kita sudah jauh berbeda.

"Tahun segitu, Indonesia baru keluar dari periode 1965 dan baru keluar dari negara miskin jadi langsung tinggi. Sekarang kita kan masuk ke G-20 dan ekonominya sudah besar jadi susah untuk tumbuh tinggi (double digit)," imbuhnya.

India menorehkan pertumbuhan ekonomi sebesar 13,5% (yoy) pada April-Juni atau kuartal I-2022/2023. Sebagai catatan, tahun fiskal India dimulai pada April dan berakhir pada Maret sehingga periode April-Juni masuk dalam kuartal I.

Sejak pandemi, India sudah mencatatkan pertumbuhan double digit sebanyak dua kali yakni pada kuartal I-2021 dan kuartal I-2022 masing-masing sebesar 20,1% (yoy) dan 13,5% (yoy).

Artinya, Negara Bollywood tetap mampu tumbuh tinggi pada April-Juni 2022 meskipun basis perhitungan tahun sebelumnya tidak kalah tinggi.

Ekonomi India mampu tumbuh tinggi di tengah lonjakan inflasi yang menembus 7% pada 2022. India juga dikepung lonjakan harga energi karena mereka adalah mereka adalah importir besar untuk minyak nabati, minyak bumi, hingga batu bara.

Sementara itu, Arab Sadi mencatatkan pertumbuhan double digit pada April-Juni atau kuartal II-2022 dengan torehan 12,2% (yoy).  Ekonomi Arab Saudi memang melandai pada kuartal III-2022 dengan hanya tumbuh 8,6% (yoy).

Arab Saudi mampu membukukan pertumbuhan 12,2% (yoy) pada kuartral II-2022 meskipun basis perhitungan pada kuartal II-2021 juga positif.
Ekonomi Arab Saudi tumbuh 1,9% (yoy) pada kuartal II-2021.
Sejumlah proyeksi memperkirakan Arab Saudi akan menjadi raja pertumbuhan tahun ini dengan menorehkan pertumbuhan paling tinggi di antara negara lain.

Lonjakan harga minyak membuat konsumsi masyarakat dan investasi di Negara Padang Pasir melesat.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi akan mencapai 7% pada tahun ini sementara Economic Intelligence memproyeksikan sebesar 7,5%.  Lembaga investasi Jadwa Investment bahkan memproyeksikan Arab Saudi mampu tumbuh 8,7%.

Vietnam mengikuti India dan Arab Saudi dengan mencapai pertumbuhan sebesar 13,67% pada periode Juli-September atau kuartal III 2022.

Salah satu penyebab lonjakan pertumbuhan disebabkan basis perhitungan yang lebih rendah. Ekonomi Negara Paman Ho mengalami kontraksi 6,02% (yoy) pada kuartal III-2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular