PLTU Mau Pensiun Dini, Begini Tanggapan Produsen

News - Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
25 November 2021 09:13
Direktur Utama PT Adaro Power Dharma Djojonegoro Foto: Direktur Utama PT Adaro Power Dharma Djojonegoro

Jakarta, CNBC Indonesia - Transisi menuju energi hijau membuat banyak pelaku batu bara harus mempercepat hilirisasi. Upaya perlu dilakukan seiring dengan rencana pemerintah untuk mempensiunkan PLTU pada 2060.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Adaro Power, Dharma Djojonegoro mengatakan antusias dengan rencana tersebut, seiring dengan rencana perusahaan untuk menambah porsi energi baru terbarukan (EBT).

"Jadi kami terus terang sangat mendukung dan sangat antusias, serta siap untuk berpartisipasi dalam tender-tender masa depan di EBT," ujar Dharma dalam acara Call Outlook CNBC Indonesia, Rabu (24/11/2021).

Dia menambahkan pihaknya juga sudah mulai berpartner dengan perusahaan teknologi provider, serta belajar berkembang atas peralihan ini. Namun, salah satu hal yang harus diperhatikan yakni rencana persis transisi bagaimana dan segala kendala teknis yang ada terutama dari EBT.

Contohnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang masih menghadapi problematika di Indonesia, sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Dharma menyebutkan kendala tersebut yakni Intermittently, artinya PLTS sebagai pembangkit listrik energi terbarukan tidak mampu untuk menghasilkan energi secara terus menerus

Meski Indonesia memiliki sumber matahari melimpah, namun hanya hanya bertahan 4-5 jam untuk diserap PLTS dalam satu hari. Hal ini bisa disiasati dengan baterai, sayangnya solusi ini masih belum banyak diterapkan baik oleh masyarakat ataupun industri.

"Menggantikan suatu PLTU yang jalan 24 jam dengan PLTS yang cuma Jalan 4 sampai 5 jam itu perlu perlu solusi teknis. Mungkin bisa pakai baterai, tapi baterai saat ini masih cukup mahal, jadi kalau udah ngomong PLTS dengan baterai pasti harganya jauh di atas PLTU," jelas Dharma.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bara Tabang, Alexander Ery Wibowo, mengatakan pengurangan batu bara perlu dilakukan secara bertahap. Menurutnya, fokus utama terpenting saat ini dari pihaknya adalah mencapai tahapan net zero emission. Ia pun masih melihat positif terhadap batu bara hingga tahap perkembangannya.

"Jadi kita perlu melakukan bertahap, tidak bisa melakukan secara drastis. Karena ada biaya ekonomi, atau konsekuensi biaya yang timbul daripada proses gradasi pengurangan batubara," ucap Ery.

Dia menambahkan Indonesia yang saat ini mengacu pada COP26, pemerintah telah memasang target di 2060, yakni net zero emission. Perkembangan PLTU di dalam negeri pun masih banyak, sehingga menurutnya ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi

"Apalagi di saat setelah berkurangnya pandemi, tentu kebutuhan listrik meningkat secara drastis. Kami melihat bagaimana mengimbangi kegiatan pertambangan tentunya dengan kegiatan pertambangan yang sesuai praktik yang baik, yang telah dicanangkan oleh Kementerian ESDM," pungkas Ery.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rehabilitasi DAS, Adaro dan KLHK Tanam Pohon di Magelang


(rah/rah)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading