Petuah ini cocok untuk diterapkan di segala aspek kehidupan. Termasuk dalam melihat kondisi negara.
Pekan lalu, kuartal III-2021 resmi berakhir. Tanpa terasa, 2021 tinggal tersisa kurang dari tiga bulan lagi.
Sejak tahun lalu, ada satu yang belum berubah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi momok utama dalam kehidupan umat manusia.
Namun seperti kata Sayyidina Ali, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Apakah kehidupan kita pada kuartal III-2021 lebih baik dari sebelumnya?
Pada awal kuartal III-2020, jumlah pasien positif corona adalah 26.940 orang dan saat kuartal itu berakhir menjadi 287.008 orang. Secara nominal bertambah 260.068 orang atau meroket 965,36%.
Sementara pada awal kuartal III-2021, jumlah pasien positif corona adalah 1.826.527 dan bertambah menjadi 4.215.104 saat kuartal berakhir. Ada penambahan 2.388.577 orang atau melonjak 130,77%.
Sekilas situasi pandemi kuartal III-2021 jauh lebih buruk ketimbang setahun sebelumnya. Apakah artinya Indonesia adalah golongan kaum yang terlaknat?
Well, kita harus lihat dulu konteksnya. Virus corona terus bermutasi dan semakin lama semakin ganas. Salah satu mutasi yang lebih ganas itu adalah varian delta, yang kali pertama ditemukan di India. Virus corona varian delta puluhan kali lebih menular dari sebelumnya.
Berawal dari Negeri Bollywood, virus corona menyebar ke lebih dari 100 negara termasuk Indonesia. Inilah yang menyerang Indonesia pada kuartal III-2021, belum ada atau belum terdeteksi pada kuartal III-2020.
Jadi, tidak bisa dikatakan begitu saja bahwa Indonesia terlaknat karena situasi pandemi yang memburuk. Pemburukan itu terjadi karena sesuatu yang tidak bisa diperkirakan, unprecedented event.
Indonesia tidak tinggal diam dalam penanganan pandemi. Pada awal Juli 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk Jawa-Bali. Nawaitu-nya adalah menekan laju kasus positif harian serendah-rendahnya.
Hasilnya memuaskan. Kasus positif harian mencapai puncaknya pada 15 Juli 2021, yaitu 56.757 orang dalam sehari.
Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan pasien positif corona bertambah 922 orang. Ini adalah yang terendah sejak 21 Juni 2020.
Selain itu, Indonesia juga terus menggeber vaksinasi anti-virus corona (yang belum tersedia pada kuartal III-2020). Per 3 Oktober 2021, sudah 146,46 juta rakyat Indonesia menerima vaksin. Indonesia jadi negara tercepat ke-6 dunia dalam hal vaksinasi.
 Sumber: Our World in Data |
Halaman Selanjutnya --> Sektor Manufaktur Terpukul Pandemi
Itu dari sisi pandemi dan penanggulangannya. Bagaimana dengan aspek ekonomi? Apakah terjadi perbaikan?
Mari kita lihat aktivitas industri manufaktur. Pada September 2021, aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 52,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 43,7 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, berarti dunia sudah masuk zona ekspansi.
Di level Asia, skor PMI manufaktur 52,2 membawa Indonesia jadi yang terbaik ketiga. Hanya kalah dari Korea Selatan dan Taiwan. Sementara di tingkat ASEAN, Indonesia jadi yang terbaik.
Dibandingkan dengan Agustus 2021, PMI manfaktur Indonesia melesat 8,5 poin. Dalam hal ini, Indonesia adalah yang terbaik di dunia.
Pada kuartal III-2021, rata-rata PMI manufaktur Indonesia ada di 45,33. Lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 48,3. Lagi-lagi ada pemburukan.
Namun, kembali lagi, kita harus melihat konteks. PPKM Darurat benar-benar mengubah peta permainan, membuat ekonomi 'lumpuh'.
Kala penerapan PPKM Darurat, kondisinya sangat mencekam. Pekerja di sektor non-kritikal dan non-esensial wajib 100% bekerja dari rumah. Kegiatan belajar-mengajar yang sempat diuji coba secara tatap muka harus kembali dilakukan dari jarak jauh.
Pusat perbelanjaan alias mal tidak boleh beroperasi. Restoran dan warung makan pun hanya boleh melayani takeaway dan delivery.
Aparat keamanan diterjunkan, menjaga ratusan titik untuk memastikan masyarakat tetap #dirumahaja. Bagi mereka yang kedapatan keluar rumah tanpa kepentingan penting bin mendesak diarahkan untuk balik kanan, pulang.
Kondisi seperti ini yang tidak ada pada kuartal III-2020. Apa mau dikata, demi menyelamatkan nyawa jutaan rakyat Indonesia, aspek ekonomi memang harus mengalah dulu...
Halaman Selanjutnya --> Ekspor Indonesia Luar Biasa!
Namun bukan berarti tidak ada kabar baik. Ada data lain yang menggambarkan harapan akan kebangkitan ekonomi Tanah Air.
Misalnya ekspor. Data ekspor untuk kuartal III-2021 masih sampai Agustus, periode September akan diumumkan pada 15 Oktober 2021.
Dalam dua bulan pertama kuartal III-2021, total nilai ekspor Indonesia adalah US$ 39,14 miliar. Pada Agustus 2021, nilai ekspor mencapai rekor tertinggi sepanjang Indonesia merdeka.
Sementara pada dua bulan awal kuartal III-2020, total nilai ekspor adalah US$ 27,01 miliar. Jadi ada pertumbuhan 44,91%.
Lesatan ekspor ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Sepanjang kuartal III-2021, rata-rata harga batu bara adalah US$ 152,95/ton. Melonjak 184,82% dibandingkan rata-rata harga kuartal III-2020.
Selain batu bara, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pun melesat. Rata-rata harga CPO pada kuartal III-2021 adalah MYR 4.095,55/ton. Naik 56,75% dari periode yang sama tahun lalu.
Tidak hanya ekspor, kenaikan harga komoditas juga mengerek konsumsi rumah tangga. Saat harga komoditas tinggi, konsumsi rumah tangga akan mengikuti karena peningkatan pendapatan masyarakat.
Konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Saat harga komoditas naik, biasanya pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi ikut terungkit.
Halaman Selanjutnya --> Penanganan Pandemi adalah Koentji
Jadi bagaimana kesimpulannya? Apakah bani Indonesia termasuk kaum yang beruntung, merugi, atau terlaknat?
Sebenarnya pemulihan Indonesia sejak menyentuh titik nadir pada kuartal II-2020 berlangsung secara konsisten. Dari ekonomi yang terkontraksi (tumbuh negatif) lebih dari 5% pada kuartal II-2020 menjadi melambung tidak kurang dari 7% pada kuartal II-2020.
Akan tetapi, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, virus corona varian delta mengubah semuanya. Virus ini membuat pasien positif melonjak dan pemerintah terpaksa merespons dengan PPKM Darurat. Ini membuat situasi pandemi dan ekonomi pada kuartal III-2021 terlihat memburuk dari setahun sebelumnya.
Oleh karena itu, penanganan pandemi adalah kunci. Kalau tidak ingin Indonesia terlihat sebagai bangsa yang terlaknat karena hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka virus corona tidak boleh dibiarkan bebas 'bergentayangan'.
Sekarang PPKM sudah semakin longgar, masyarakat sudah relatif lebih bebas berkegiatan di luar rumah. Namun supaya pandemi tidak menggila (dan membuat pemerintah kembali mengetatkan PPKM), jangan abaikan protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun jangan pernah disepelekan.
"Hari ini berbagai capaian dari pengendalian pandemi tentu harus kita syukuri. Namun Wakil Presiden dalam Ratas (Rapat Terbatas) mengingatkan agar kita tetap waspada dan hati-hati. Risiko peningkatan kasus masih tinggi dan dapat terjadi sewaktu-waktu," tegas Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi, yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali.
TIM RISET CNBC INDONESIA