
Bos Pertamina Beberkan 8 Strategi Menuju Energi Bersih

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) memiliki delapan inisiatif untuk mendorong transisi energi bersih dan ramah lingkungan. Langkah strategis ini dimunculkan sambil menunggu rampungnya Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan (RUU EBT).
Seperti diketahui, DPR dan pemerintah kini tengah merancang UU EBT guna mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan di Tanah Air. RUU EBT ini masuk ke dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2021 dan ditargetkan tuntas pada tahun ini juga.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan delapan inisiatif ini dilakukan seiring dengan semakin besarnya tuntutan pemakaian energi rendah karbon di dunia.
"Beberapa tren pada sektor oil and gas serta power mengalami akselerasi, terutama untuk low carbon focus and policies, dengan semakin besarnya tuntutan ESG serta green financing yang mendorong percepatan transisi energi menuju EBT," tutur Nicke, seperti dikutip dari keterangan resmi perseroan, Kamis (29/04/2021).
Nicke pun membeberkan delapan inisiatif tersebut.
Pertama, memanfaatkan potensi kelapa sawit yang besar untuk berinvestasi dalam proyek kilang pengolahan BBM berbasis kelapa sawit (green refinery) di Kilang Plaju, Dumai dan Cilacap. Melalui proses terbaik, Pertamina menghasilkan biodiesel 30% (B30) dan Green Diesel (D100) dengan bahan baku minyak sawit, minyak terbarukan lainnya, dan minyak jelantah.
Kedua, Pertamina juga mengembangkan proyek biomassa menjadi biogas dan bioethanol di Sei Mangkei, Sumatera Utara. Dengan potensi besar mikroalga di perairan luas Indonesia dan mampu memproduksi Algae terbesar ketiga di kawasan ekonomi Asia Pasifik, Pertamina akan menjadikan mikroalga sebagai bahan untuk memproduksi biofuel. Pertamina telah berhasil mengembangkan fasilitas 5.000 liter microalga photobioreactor dan sedang berjalan untuk mencapai skala komersial budidaya dan produksi pada 2025.
Ketiga, Pertamina telah mempelopori pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dengan kapasitas total 1,8 Giga Watt (GW).
Keempat, Pertamina juga menjalankan inisiatif pemanfaatan green hydrogen dengan listrik di area geothermal yang total potensinya mencapai 8.600 kg per hari. Green hydrogen akan dimulai di Pembangkit Geothermal Ulubelu untuk digunakan di pabrik polypropylene Kilang Plaju.
Kelima, berkolaborasi dengan BUMN lain yaitu Inalum, Antam dan juga PLN untuk melakukan pengembangan ekosistem dari baterai kendaraan listrik dalam Holding Indonesia Battery Corp (IBC) yang akan bergerak dari sektor pertambangan hingga daur ulang.
Keenam, Pertamina mengoptimalkan pemanfaatan gas untuk kebutuhan transportasi, rumah tangga, dan industri di seluruh Indonesia. Saat ini, Pertamina telah mengembangkan infrastruktur gas yang terintegrasi dengan Floating Storage Refinery Unit (FSRU) dan lebih dari 10.000 km pipa gas di Indonesia dan merupakan saluran pipa terpanjang di Asia Tenggara.
Selain itu, Pertamina juga memperkuat gasifikasi di kilang dan pembangkit, termasuk regasifikasi di Cilacap, terminal LNG Teluk Lamong, LNG Badak, dan 52 pembangkit lainnya. Untuk mendukung pembangkit listrik PLN, perusahaan akan mengonversi pembangkit listrik yang masih menggunakan diesel beralih menjadi gas.
Ketujuh, untuk pembangkit listrik, Pertamina juga terus meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di berbagai area operasi.
Kedelapan, untuk pendekatan inklusif Circular Carbon Economy, Pertamina akan mengaplikasikan Carbon, Capture, Use and Storage (CCUS) pada beberapa lapangan migas untuk meningkatkan produksi.
"Pertamina memiliki komitmen kuat pada pengembangan EBT. Dalam RJPP, Pertamina telah menetapkan target EBT yang tahun 2035 porsinya mencapai 30%. Dengan 8 inisiatif tersebut, kami yakin target dapat tercapai," pungkas Nicke.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenapa Swasta Nggak Minat Investasi di Kilang BBM RI?
