Dari Baterai EV Sampai Hidrogen, Transisi Pertamina ke EBT

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
29 April 2021 18:47
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menyampaikan jika postur bisnisnya bakal berubah dalam waktu 5-10 tahun ke depan. Senada dengan energi global yang sudah bergeser ke energi bersih, hal yang sama juga akan dilakukan perseroan.

SVP Strategic & Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan, untuk merespons ini, Pertamina melakukan restrukturisasi belanja modal (capital expenditure/ capex). Namun demikian, sebagai perusahaan milik negara, menurutnya Pertamina tidak fleksibel seperti perusahaan swasta.

"Kami diskusikan dengan pemegang saham dan untuk pertama kali kami berhasil dapatkan fleksibilitas penganggaran sepanjang tahun," ungkapnya dalam diskusi virtual, Kamis (29/04/2021).

Fleksibilitas yang dimaksud yaitu jika terjadi perubahan anggaran di pertengahan tahun, maka tidak lagi perlu mengulang proses administrasi untuk mendapatkan persetujuan. Lebih lanjut dia mengatakan, Pertamina berupaya menjaga ketahanan energi Indonesia dengan menyediakan 72% suplai energi nasional.

Perubahan portofolio yang dilakukan oleh Pertamina sejalan dengan tren global. Pertamina, imbuhnya, akan memastikan keekonomian untuk mengurangi defisit neraca perdagangan (Current Account Deficit/ CAD), serta untuk meningkatkan modal Pertamina.

"Perusahaan akan meningkatkan portofolio dalam delapan grup. Pertama, sektor geothermal dari 672 mega watt (MW) menjadi 1,2 giga watt (GW) pada 2026. Dan hidrogen adalah peluang lain," jelasnya.

Saat ini Pertamina bersama dengan Pertamina Power Indonesia, anak usaha di bidang pembangkitan listrik, sedang menyusun untuk hidrogen kapasitas kecil 0,3 MW tahun ini dan diharapkan bisa berkembang menjadi 20 MW di tahun 2025 mendatang.

Lalu, di sektor kendaraan listrik pihaknya juga terlibat di dalam pembangunan Indonesia Battery Corp. Pihaknya juga akan mendukung penukaran baterai dan stasiun pengisian daya untuk kendaraan listrik.

"Pembangunan Kilang Dumai juga onstream (beroperasi) pada 2025. Kami juga akan melihat ada off taker (pembeli) metanol dari perusahaan yang bangun kilang metanol di beberapa tempat," jelasnya.

Kemudian, Pertamina juga akan meningkatkan pemanfaatan tenaga surya, air, dan bioenergi.

Saat ini Pertamina sudah membangun lima kilang ramah lingkungan berkapasitas 1.000 barel per hari (bph) di lima kilang pada 2025. Untuk bioenergi, perusahaan menambah kapasitas pembangkit biomassa mencapai 153 MW.

Dia menyebut kebijakan pengembangan portofolio energi Pertamina sejalan dengan strategi energi di Indonesia.

"Jadi, kami memiliki porsi grand energi Indonesia untuk pastikan pelaksanaan yang sukses dan seluruh pemangku kepentingan dan lembaga pemerintah," tuturnya.

Untuk strategi jangka panjang Pertamina memiliki 21 inisiatif strategi untuk percepat pembangunan EBT. Belanja modal yang diperlukan sebesar US$ 90 miliar selama empat tahun ke depan.

"Supaya Pertamina bisa capai target kami yaitu menjadi perusahaan dengan nilai US$ 100 miliar pada 2024. Ini juga jadi bagian perusahaan kami," ujarnya.

Dia mengatakan, sebesar 9% belanja modal sudah dialokasikan, di mana nilainya lebih tinggi dari perusahaan migas dalam dan luar negeri yang hanya 1-5%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Kebutuhan Baterai Mobil Listrik RI Bisa Tembus 198 GWh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular