Penjualan Mobil Listrik RI Diramal Bisa Sentuh 20 Juta Unit!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 December 2020 16:53
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa media saat di dalam mobil kendaraan listrik yang melintas di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9).  Pemerintah provinsi DKI jakarta melaksakan kegiatan Konvoi Kendaraan Listrik dalam rangka menyambut Formula E 2020. Kendaraan konvoi dimulai dari Parkir Timur Gelora Bung Karno (GBK) menuju Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Rute konvoi kendaraan listrik dimulai dari Parkir Timur Senayan keluar melalui pintu FX Sudirman di Jl. Pintu 1 Senayan - Jl. Jenderal Sudirman - Jl. M.H. Thamrin - belok kanan di Bundaran Patung Kuda Arjuna Wiwaha dan berakhir masuk ke Monas melalui pintu Silang Monas Barat Daya.
Foto: Konvoi kendaraan listrik menyambut Formula E 2020 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan kendaraan listrik di Indonesia berpotensi tembus 20 juta unit pada 2050 bila skenario transisi energi baru terbarukan berjalan.

Hal tersebut diungkapkan Vice President Pertamina Energi Institute Hery Haerudin dalam acara webinar "Pertamina Energy Webinar 2020 - Energizing the Energy Transition" pada Selasa (08/12/2020).

"Penjualan EV (kendaraan listrik) pada skenario green energy transition (GT/ transisi energi baru terbarukan) mencapai hampir 20 juta kendaraan pada 2050, sedangkan pada skenario Market Driven diperkirakan sekitar 15 juta kendaraan," tuturnya pada acara webinar tersebut.

Dia mengatakan, semakin meningkatnya penjualan kendaraan listrik, maka akan berdampak pada peningkatan kebutuhan baterainya. Pada 2050 kebutuhan baterai kendaraan listrik diperkirakan mencapai 198 Giga Watt hours (GWh), bila dihitung berdasarkan skenario transisi energi baru terbarukan.

Sementara bila hanya dilakukan berdasarkan bisnis biasa (Business as Usual/ BAU), maka kebutuhan baterai diperkirakan hanya mencapai 34 GWh pada 2050. Jumlah kebutuhan baterai pada 2050 tersebut diperkirakan meningkat dari 2030 yang berpotensi mencapai 41 GWh dengan skenario transisi energi dan 2 GWh pada skenario bisnis biasa.

Semakin besarnya permintaan baterai kendaraan listrik, maka diperkirakan biaya komponen baterai pada kendaraan listrik juga akan semakin menurun. Hal ini bisa dilihat dari tren biaya baterai pada 2019 turun sebesar 87% menjadi US$ 156 pada 2019 dari US$ 1.183 pada 2010 lalu.

"Battery cost mengalami penurunan hingga lebih dari 80% selama sembilan tahun terakhir," ujarnya.

Sementara bila dilihat dari rencana produksi baterai di Indonesia, dari Indonesia Battery Holding menurutnya bisa memasok hingga 140 GWh pada 2029, naik dari 2025 sekitar 30 GWh.

"Indonesia Battery Holding merencanakan pembangunan pabrik baterai dengan kapasitas 140 GWh," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Pertamina Cerita Bakal Masuk ke Bisnis Baterai EV

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular