
RI Butuh Investasi Ribuan Triliun Biar Bisa Bebas Impor BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - RI punya target bebas impor bahan bakar minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada 2030. Tapi untuk mencapainya tidaklah mudah, Indonesia memerlukan investasi hingga ribuan triliun.
Besarnya investasi tersebut tentunya tidak bisa dipenuhi hanya dari sumber pendanaan dalam negeri. Artinya, pemerintah harus pintar-pintar dalam meyakinkan investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
Pengamat migas dan juga mantan Direktur Utama Pertamina (2006-2009), Ari Soemarno, mengatakan investasi menjadi kunci dari keberhasilan mencapai target Indonesia bebas impor BBM dan LPG pada 2030 mendatang.
"Menaikkan produksi minyak, pengembangan dan penambahan kilang, konversi batu bara ke LPG, infrastruktur jaringan gas (jargas), semua kuncinya investasi. Sampai di 2030 perlu ribuan triliun. Kalau SKK Migas naikkan produksi 1 juta barel per hari (bph) butuh US$ 187 miliar saja sudah hampir Rp 3.000 triliun," paparnya yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama Petral, eks unit usaha Pertamina bidang perdagangan minyak, dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (29/04/2021).
Kebutuhan investasi yang tidak mungkin dipenuhi dari dalam negeri sepenuhnya ini menjadi tantangan tersendiri. Terlebih karena investor luar negeri kini mulai mencanangkan transisi energi menuju energi ramah lingkungan dan berbasis energi baru terbarukan. Hal ini sebagai upaya memerangi dampak perubahan iklim dan menekan emisi karbon.
"Investor akan mencari yang bisa dukung rencana investasi mereka, dan ini tantangan berat untuk batu bara dan migas karena investor luar negeri sudah canangkan transisi energi," tuturnya.
Batu bara menjadi energi fosil pertama yang ditargetkan untuk tidak digunakan lagi oleh negara-negara maju seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea. Bahkan, perbankan di Korea yang semi pemerintah sudah tidak lagi menyediakan investasi untuk batu bara.
"Soal DME (Dimethyl Ether) lihat, bahwa tantangan batu bara luar biasa besarnya, boleh dikatakan batu bara itu energi fosil pertama yang ditargetkan nggak digunakan lagi," tuturnya.
Ari juga pesimistis jika proyek DME ini akan berjalan mulus karena investasi dari negara maju akan semakin berat. Tantangan ini menurutnya termasuk untuk proyek DME yang digarap PT Pertamina (Persero) bersama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Air Products.
"Karena partner Air Products dari AS mereka akan dapat tekanan besar," ujarnya.
Oleh karena itu, tantangan paling utama saat ini yaitu bagaimana meyakinkan investor agar mau berinvestasi hingga ribuan triliun di Indonesia.
"Jadi, fokus utama adalah investasi, bagaimana meyakinkan investor, untuk investasi sampai ribuan triliun," imbuhnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Berencana Setop Impor BBM dan LPG di 2030
