Buru Pendemo, Militer Myanmar Dobrak Hunian di Yangon

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
09 March 2021 20:05
Protesters march on main road during an anti-coup demonstration in Mandalay, Myanmar, Sunday, March 7, 2021. The escalation of violence in Myanmar as authorities crack down on protests against the Feb. 1 coup is raising pressure for more sanctions against the junta, even as countries struggle over how to best sway military leaders inured to global condemnation. (AP Photo)
Foto: Demo warga Myanmar kembali turun ke jalan untuk mengadakan demostrasi besar-besaran menentang aksi kudeta militer Myanmar di Mandalay Minggu (7/3). (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menggeledah setiap rumah yang diyakini merupakan hunian tempat tinggal para kelompok anti-kudeta di kota Yangon.

Dilansir AFP, pasukan keamanan mulai menggeledah apartemen setelah pemadaman internet setiap malam menyelimuti negara itu pada Selasa (9/3/2021) pukul 1:00 pagi waktu setempat. Mereka mencari para warga yang mengibarkan bendera partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi pada balkon mereka.

"Mereka menggeledah setiap gedung di jalan Kyun Taw - mereka menghancurkan kunci gedung apartemen jika mereka dikunci di lantai bawah," kata penduduk, menambahkan bahwa mereka mendengar puluhan orang ditangkap.

Sementara itu, beberapa warga lainnya mendengar bahwa suara dentuman keras sesekali terdengar dari beberapa tempat yang digeledah aparat keamanan, meskipun tidak jelas apakah suara itu disebabkan oleh tembakan atau granat kejut.

Di kota lainnya, San Chaung, situasi telah berubah sejak protes dimulai, dengan barikade darurat dari bambu, karung pasir, meja, dan kawat berduri yang dipasang oleh pengunjuk rasa dalam upaya untuk memperlambat pasukan keamanan.

Selasa pagi terlihat penjualan cepat dari penjual makanan di jalanan.

"Kami harus menyelesaikan penjualan barang-barang kami sebelum jam 9 pagi - akan ada tindakan keras lagi di jalan-jalan," ucap seorang pedagang.

Tak hanya warga sipil, dilaporkan juga kantor media Kamaryut dan Myanmar Now juga dikabarkan digerebek oleh pihak militer.

Aksi represif dan kejam yang dilakukan oleh aparat keamanan ini mendapat perhatian luas masyarakat dunia. Sejauh ini langkah aparat keamanan tercatat telah menelan lebih dari 50 korban tewas, menurut PBB pada pekan lalu.

Salah satu korban tewas adalah Kyal Sin, seorang gadis berusia 19 tahun. Ia tewas tertembak di kepala beberapa saat setelah wartawan melihatnya muncul di garis depan dengan mengenakan kaos yang bertuliskan "Everything Gonna Be Okay" melawan tindakan represif aparat keamanan. Hingga saat ini kematiannya itu menjadi simbol perlawanan yang membakar rakyat Myanmar melawan kudeta.

Sementara itu, pihak militer yang dikenal dengan Tatmadaw mengatakan bahwa mereka menangani protes secara sah. Pengumuman yang dibuat di halaman depan surat kabar Global New Light of Myanmar itu berisi ancaman bila bekerjasama dengan pejabat yang telah digulingkan serta menyatakan pihaknya sebagai otoritas sah negara seribu pagoda itu.

Hal ini telah membuat beberapa negara dan organisasi internasional. Mereka beramai-ramai menjatuhkan sanksi ke Myanmar serta menutup sementara aliran bantuan dana untuk pengembangan infrastruktur negara itu.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer melancarkan kudeta dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, mengakhiri era demokrasi selama satu dekade terakhir dan memicu protes massa setiap hari.

Militer melakukan hal ini karena mereka merasa pemilu yang dimenangkan kubu Suu Kyi pada November lalu adalah pemilu yang penuh kecurangan. Maka itu, militer menyatakan keadaan darurat selama setahun ke depan dan mengambil alih kekuasaan. Selain itu mereka berjanji akan mengadakan pemilu ulang.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Negara Tetangga RI Ini Terancam Perang Saudara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular