Internasional

Myanmar Membara Lagi, Pro Junta Militer Diserang Granat

sef, CNBC Indonesia
02 February 2022 07:20
Soldiers walk towards anti-coup protesters during a demonstration in Yangon, Myanmar on Tuesday March 30, 2021. Thailand’s Prime Minister Prayuth Chan-ocha denied Tuesday that his country’s security forces have sent villagers back to Myanmar who fled from military airstrikes and said his government is ready to shelter anyone who is escaping fighting. (AP Photo)
Foto: Myanmar 2021 (AP/)

Jakarta, CNBC Indonesia - Myanmar kembali membara. Dua orang tewas dan 38 terluka dalam serangan granat yang terjadi saat massa pro junta militer melakukan aksi dukungan, di wilayah timur, Selasa (1/2/2022).

Aksi massa itu sendiri menandai satu tahun kudeta junta dari pemerintahan pro demokrasi Aung San Suu Kyi. Suu Kyi dan pejabat tinggi pemerintahannya kini dipenjara dan diadili junta dengan sejumlah tuntutan.

"Dua orang tewas dan 38 terluka dalam serangan granat ketika massa kembali dari parade pro-militer di kota timur Tachileik," kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.

Media lokal juga melaporkan insiden lain di Shan timur. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Sementara itu, di hari yang sama, aktivis pro demokrasi menandai peringatan kudeta dengan mogok dan berdiam diri di rumah serta menutupnya dengan protes tepuk tangan. AFP melaporkan, penduduk di seluruh pusat komersial Yangon dan kota Mandalay bertepuk tangan secara massal pada pukul 16.00 waktu setempat.

"Kami bertepuk tangan," kata seorang warga Mandalay.

"Rumah-rumah lain di lingkungan saya juga bertepuk tangan."

Junta sendiri dilaporkan menangkap 10 orang terkait aksi ini. Kemarin, junta telah memerintahkan toko-toko untuk tetap buka meski faktanyanya jalan-jalan di sejumlah kota besar kosong sejak pukul 10 pagi.

Sebelumnya, Senin, AS, Inggris dan Kanada mengumumkan sanksi terkoordinasi terhadap pejabat Myanmar. Ini termasuk mereka yang terlibat dalam persidangan pemimpin terguling Suu Kyi.

Washington memberi sanksi kepada Jaksa Agung Thida Oo, Ketua Mahkamah Agung Tun Tun Oo dan ketua Komisi Anti-Korupsi Tin Oo. Semuanya dikatakan terlibat erat dalam penuntutan "bermotif politik" terhadap Suu Kyi.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dia bekerja dengan sekutu untuk "meminta pertanggungjawaban" junta. Namun Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar mengatakan komunitas internasional perlu berbuat lebih banyak.

Kantor HAM PBB mengatakan bahwa sejak kudeta, setidaknya 1.500 orang telah terbunuh oleh militer dalam upaya menghancurkan perbedaan pendapat yang ada. Kudeta junta membuat demo besar-besaran yang kerap berakhir dengan tindakan kekerasan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Horor Terjadi Lagi di Myanmar, Ratusan Desa Dibakar Junta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular