Internasional

Tetangga RI Eksekusi Mati 4 Aktivis, Dunia Geram

luc, CNBC Indonesia
25 July 2022 13:20
An anti-coup protester flashes the three-finger salute during a demonstration at Yangon, Myanmar on Wednesday, April 21, 2021. Aid workers and activists are warning Myanmar's political upheavals risk causing a regional refugee crisis as the strife following a February coup displaces growing numbers of people who have lost their livelihoods. (AP Photo)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak empat aktivis demokrasi telah dieksekusi oleh militer Myanmar. Hukuman mati tersebut menjadi yang pertama dilakukan di negara itu sejak 1988. Kala itu, eksekusi hukuman mati di Myanmar dilakukan dengan cara digantung.

Mantan anggota parlemen Phyo Zeya Thaw, serta penulis dan aktivis Ko Jimmy, Hla Myo Aung, dan Aung Thura Zaw dituduh melakukan "aksi teror".

Adapun, eksekusi yang pertama kali diumumkan oleh militer pada Juni lalu telah mengundang kecaman internasional.

Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG) bayangan yang dibentuk untuk menentang kudeta Junta Militer, mengutuk eksekusi itu.

Kantor berita Global News Light of Myanmar melaporkan keempat pria itu dieksekusi karena mereka memberikan arahan, membuat pengaturan, dan melakukan konspirasi untuk tindakan teror brutal dan tidak manusiawi.

Mereka disebut telah didakwa di bawah undang-undang kontra terorisme, tetapi tidak mengatakan kapan atau bagaimana mereka dieksekusi.

Keempat pria itu dijatuhi hukuman mati pada Januari setelah persidangan tertutup yang dikritik oleh kelompok hak asasi manusia sebagai tidak adil dan tidak transparan.

Phyo Zeya Tha dan Kyaw Min Yu, juga dikenal sebagai Ko Jimmy, kalah banding atas hukuman mereka pada bulan Juni.

Ko Jimmy, 53, adalah seorang veteran Kelompok Mahasiswa Generasi ke-88 - sebuah gerakan pro-demokrasi Burma yang dikenal karena aktivisme mereka melawan junta militer negara itu dalam pemberontakan mahasiswa 1988. Dia dipenjara karena keterlibatannya dalam gerakan pro-demokrasi, sebelum dibebaskan pada 2012.

Dia ditangkap pada Oktober tahun lalu setelah dituduh menyembunyikan senjata dan amunisi di sebuah apartemen di Yangon dan menjadi "penasihat" Pemerintah Persatuan Nasional.

Phyo Zeya Thaw, 41, adalah mantan anggota parlemen NLD dan sekutu dekat Aung San Suu Kyi.

Sebagai seorang mantan artis hip-hop, ia sering menarik kemarahan junta karena lirik anti-militernya.

Dia ditangkap pada bulan November karena dugaan pelanggaran anti-teror.

Sementara itu, sedikit yang diketahui tentang dua aktivis lainnya - Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw. Mereka dijatuhi hukuman mati karena membunuh seorang wanita yang diduga menjadi informan junta.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut keputusan militer untuk menghukum mati keempat aktivis itu sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi".

Sebagai gambaran, otoritas militer telah mengintensifkan tindakan keras mereka terhadap milisi lokal, aktivis oposisi, dan mereka yang dianggap menyimpan sentimen anti-kudeta sejak mereka merebut kekuasaan tahun lalu.

Mereka mengeklaim hasil pemilihan umum yang membuat partai politik Suu Kyi menang telak telah dicurangi, tuduhan yang dibantah oleh pejabat komisi pemilihan, dengan mengatakan tidak ada bukti kecurangan.

Sejak kudeta, Suu Kyi telah telah menjadi tahanan rumah, dan diserang dengan serangkaian tuduhan mulai dari korupsi hingga melanggar undang-undang rahasia resmi negara, yang bisa membuatnya menjalani hukuman hingga 150 tahun.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang mencatat jumlah korban tewas, dipenjara atau ditahan oleh militer, mengatakan bahwa 14.847 orang telah ditangkap sejak kudeta, dengan perkiraan 2.114 telah dibunuh oleh pasukan militer.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Horor Terjadi Lagi di Myanmar, Ratusan Desa Dibakar Junta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular