
Ekonomi RI Kurang Darah, Pantesan Resesi...

Perbankan masih menjadi pemain utama, urat nadi yang menyalurkan darah ke perekonomian. Menurut catatan Bank Dunia, 77,3% aset lembaga keuangan di Indonesia dikuasai oleh bank. Aset perbankan mencapai 55,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Peran perbankan begitu dominan. Jadi kala perbankan lesu menyalurkan darah (dalam hal ini likuiditas), maka ekonomi akan lemah lunglai. Oleh karena itu, kelesuan penyaluran kredit perbankan adalah gambaran lemahnya perekonomian secara keseluruhan.
Bank kerap menjadi sasaran tembak, disalahkan saat penyaluran kredit turun. Banyak yang bilang rendahnya penyaluran kredit karena perbankan mematok bunga yang terlalu tinggi sehingga membuat dunia usaha dan rumah tangga enggan meminjam.
Padahal, seiring penurunan suku bunga acuan, suku bunga kredit perbankan sudah turun. Sepanjang 2020, suku bunga KMK turun 87 basis poin (bps) secara point-to-point. Sementara suku bunga KI KK masing-masing berkurang 65 bps dan 28 bps.
Kali ini, biang keladi kelesuan penyaluran kredit adalah permintaan yang rendah. Ya, bukan perbankan yang pelit tetapi masyarakat memang yang tidak mau mengambil kredit.
Ini terlihat dari permintaan kredit baru yang digambarkan dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT). Rata-rata SBT untuk KMK sepanjang 2020 adalah 22,72%, jauh di bawah 2019 yang 65%. Ini juga terjadi untuk KI dan KK.
![]() |
Baca: Kredit Seret Gara-gara Bunga Ketinggian? Nggak Juga Lho...
(aji/aji)