Inflasi RI Terendah Sepanjang Sejarah, Prestasi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 January 2021 15:47
suasana pasar tradisional ikan
Ilustrasi suasana pasar tradisional (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data inflasi Indonesia sepanjang 2020. Hasilnya seperti dugaan, laju inflasi 2020 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Hari ini, Senin (4/1/2020), BPS melaporkan inflasi Desember sebesar 0,45% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Sementara inflasi tahun kalender yang otomatis menjadi inflasi tahunan (year-on-year/YoY) tercatat 1,68%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Desember 2020 akan sebesar 0,405% MtM dan 1,68% YoY. Sementara konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulan lalu sebesar 0,37% MtM dan 1,61% YoY.

Inflasi 1,68% menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia. Rekor terendah sebelumnya adalah 3,03% yang terjadi pada 2019.

Sebagai negara berkembang, inflasi rendah sejatinya patut disyukuri. Sebab inflasi tinggi adalah khittah negara berkembang, yang permintaan terus tumbuh sementara produksi dalam negeri belum bisa memenuhinya. Ada dorongan inflasi yang berasal dari tingginya permintaan (demand pull inflation).

Jadi, apakah inflasi 2020 yang sangat rendah itu adalah sebuah prestasi?

Sayangnya mungkin tidak. Sebab laju inflasi yang sangat lambat itu lebih disebabkan oleh anjoknya daya beli rakyat. Permintaan yang sangat terbatas membuat dunia usaha sulit menaikkan harga jual.

Kelesuan daya beli tergambar dari laju inflasi inti. Pada Desember 2020, inflasi inti tercatat 1,6% YoY. Ini adalah yang terendah sejak BPS melaporkan data inflasi inti pada 2004.

Inflasi inti berisi harga barang dan jasa yang susah turun-naik alias persisten. Jadi ketika harga yang 'bandel' saja laju perubahannya lambat, artinya permintaan sedang bermasalah.

Adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menjadi biang keladi. Berawal di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus ini menyebar dan jadi pandemi dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 3 Januari 2020 adalah 83.322.449 orang. Bertambah 740.221 orang (0,9%) dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam 14 hari terakhir, (21 Desember 2020-3 Januari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 582.719 orang setiap harinya.

Indonesia tidak imun terhadap serangan virus corona. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, jumlah pasien positif corona di Tanah Air per 31 Desember 2020 adalah 743.198 orang. Bertambah 8.074 orang (1,1%) dibandingkan hari sebelumnya. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 7.121 orang per hari.

Oleh karena itu, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pasal 3 PP tersebut menyatakan bahwa PSBB minimal meliputi:
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

PSBB memang agak dilonggarkan mulai awal Juni, tetapi tetap belum bisa kembali ke kondisi pra-pandemi. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening) masih bertahap dan wajib tunduk terhadap protokol kesehatan. Mobilitas masyarakat masih terbatas.

Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, aktivitas warga di pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi masih di bawah situasi normal sebelum pandemi. Begitu pula dengan kegiatan di lokasi transit dan tempat kerja.

Mobilitas masyarakat adalah gambaran roda ekonomi yang berputar. Kalau mobilitas masih nyungsep seperti ini, masyarakat masih banyak yang #dirumahaja, maka menjadi cerminan ekonomi yang mati suri. Ekonomi bergerak di bawah kapasitasnya.

Saat ekonomi menyusut, bergerak di bawah kapasitas, maka kebutuhan akan tenaga kerja pun tidak sebanyak dulu. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau karyawan yang dirumahkan masih terjadi.

Dalam siaran tertulis tertanggal 13 Oktober 2020, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan pandemi virus corona menyebabkan jumlah penganggur bertambah menjadi 6,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, 3,5 juta orang merupakan korban PHK.

Saat rakyat dihadapkan kepada ketidakpastian penghasilan, entah besok masih bisa kerja atau tidak, pilihannya adalah mengurangi atau membatalkan konsumsi. Ini yang membuat laju inflasi domestik terhambat dan jadi yang terendah sepanjang sejarah.

Jadi laju inflasi yang rendah ini rasanya bukan prestasi yang layak disyukuri. Data ini mesti disikapi dengan penuh rasa prihatin.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular