
Biang Kerok Inflasi Mei 2021: Harga Rokok Cs Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadinya inflasi sebesar 0,32% secara bulanan pada Mei 2021. Sedangkan, tingkat inflasi secara tahunan tercatat sebesar 1,68%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto menjelaskan, penyebab terjadinya inflasi tersebut lantaran periode musim Ramadan dan Lebaran yang menyebabkan terjadinya kenaikan pada seluruh indeks kelompok pengeluaran. Di sisi lain, belanja masyarakat selama Ramadan dan Lebaran cenderung meningkat karena adanya Tunjangan Hari Raya (THR).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, makanan, minuman, dan tembakau sebesar mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,52 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutn rumah tangga sebesar 0,27 persen.
Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen; kelompok transportasi sebesar 0,71 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,12 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,44 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,59 persen
"Kalau kita lihat beberapa komoditas utama penyebab inflasi antara lain, bahan makanan yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari terkait puasa dan Hari Raya Idul Fitri," kata Setianto, dalam konferensi pers, Rabu (2/6/2021).
Setianto merinci, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Mei 2021, antara lain: daging ayam ras, ikan segar, jeruk, minyak goreng, daging sapi, ayam hidup, kelapa, apel, kentang, tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, tarif parkir, tarif kereta api, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.
"Ikan segar ini memang sebagian masuk sebagai volatile atau bergejolak. Misalnya gurame, bawal, kakap merah, masuk kelompok volatile," kata dia.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain: cabai merah dan cabai rawit.
Meski demikian, Setianto belum bisa menyimpulkan terjadinya inflasi ini sebagai pertanda mulai pulihnya daya beli masyarakat.
"Untuk pemulihan daya beli kami belum bisa menyimpulkan, kami akan melihat perkembangan harga harga ke depannya," ungkapnya.
BPS mencatat, berdasarkan hasil pemantauan di 90 kota IHK, 78 kota mengalami infasi dan 12 kota mengalami defasi. Infasi tertnggi terjadi di Manokwari sebesar 1,82 persen dengan IHK sebesar 109,47 dan terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,82.
Sementara defasi tertnggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dengan IHK sebesar 107,24 dan terendah terjadi di Palembang sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,50.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cabai & Tiket Pesawat Biang Kerok Inflasi Desember 0,45%