
Inflasi RI Terendah Sepanjang Sejarah, Prestasi?

PSBB memang agak dilonggarkan mulai awal Juni, tetapi tetap belum bisa kembali ke kondisi pra-pandemi. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening) masih bertahap dan wajib tunduk terhadap protokol kesehatan. Mobilitas masyarakat masih terbatas.
Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, aktivitas warga di pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi masih di bawah situasi normal sebelum pandemi. Begitu pula dengan kegiatan di lokasi transit dan tempat kerja.
Mobilitas masyarakat adalah gambaran roda ekonomi yang berputar. Kalau mobilitas masih nyungsep seperti ini, masyarakat masih banyak yang #dirumahaja, maka menjadi cerminan ekonomi yang mati suri. Ekonomi bergerak di bawah kapasitasnya.
Saat ekonomi menyusut, bergerak di bawah kapasitas, maka kebutuhan akan tenaga kerja pun tidak sebanyak dulu. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau karyawan yang dirumahkan masih terjadi.
Dalam siaran tertulis tertanggal 13 Oktober 2020, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan pandemi virus corona menyebabkan jumlah penganggur bertambah menjadi 6,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, 3,5 juta orang merupakan korban PHK.
Saat rakyat dihadapkan kepada ketidakpastian penghasilan, entah besok masih bisa kerja atau tidak, pilihannya adalah mengurangi atau membatalkan konsumsi. Ini yang membuat laju inflasi domestik terhambat dan jadi yang terendah sepanjang sejarah.
Jadi laju inflasi yang rendah ini rasanya bukan prestasi yang layak disyukuri. Data ini mesti disikapi dengan penuh rasa prihatin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)