Round Up

Gempar Israel Transfer Rp 14 T ke Palestina & Perang 72 Tahun

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 December 2020 12:33
Palestina
Foto: Palestina

Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan Israel dan Palestina sudah terjalin selama 72 tahun lamanya, dan belum ada penyelesaian yang memuaskan. Kendati demikian, pemerintah Israel diketahui telah mengirimkan uang lebih dari US$ 1 miliar (Rp 14,1 triliun, asumsi kurs Rp 14.172/US$) kepada Otoritas Palestina (Palestinian Authority/PA). Ini terjadi pasca keduanya berunding selama dua pekan.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Urusan Sipil Palestina, Hussein Hussein al-Sheikh di Twitter pada Rabu (2/12/2020) dikutip dari AFP. Ia mengacu pada dana pajak, termasuk bea cukai, yang dikumpulkan oleh Israel atas nama PA.

"Pemerintah Israel mentransfer semua iuran keuangan tersebut ke rekening Otoritas Palestina sebesar tiga miliar dan 768 juta syikal," jelas Hussein.

Transfer ini diberikan setelah dihentikan pada Mei lalu. Pasalnya Palestina menyetop koordinasi dengan Israel atas tanggapan rencana Israel untuk mencaplok bagian Tepi Barat.

Israel kemudian menunda rencana aneksasinya, sebagai imbalan atas kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab. Ini diumumkan pada Agustus lalu. Namun November, Palestina memulihkan koordinasi dengan negara Israel.

Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan bahwa negerinya memiliki hak atas dana tersebut. Dana diharapkan dapat mengurangi tekanan pada ekonomi Palestina dari krisis anggaran.

"(Karyawan) akan mendapat utang-nya. Mereka telah bersabar selama berbulan-bulan dan hanya masalah sedikit waktu lagi untuk memperjelas semuanya," kata Shtayyeh.

Saat kehilangan pendapatan ini, PA harus memotong gaji pegawai negeri. Padahal di saat itu ekonomi Palestina mulai bergulat akibat hantaman gelombang pandemi virus corona.

Namun menurut penghitungan Bank Dunia, transfer dari Israel, yang setara dengan 35% dari pendapatan pajak yang diproyeksikan PA tahun ini, tidak akan cukup untuk menyeimbangkan anggarannya.

Meskipun telah mentransfer dana tersebut, Israel terus menahan jumlah yang dialokasikan untuk tahanan Palestina.

Mereka melihat pembayaran kepada mereka yang telah melakukan serangan terhadap orang Israel mendorong kekerasan lebih lanjut. Setiap bulan PA melakukan pembayaran kepada narapidana atau keluarganya. Mereka menggambarkan pembayaran sebagai bentuk kesejahteraan.

Perseteruan Israel dan Palestina dimulai ketika David Ben Gurion mendeklarasikan negara Israel pada 1948, Israel mendapatkan 48% wilayah yang sebelumnya dikuasai Inggris. Setelah deklarasi ini, terjadi perang Arab-Israel. Israel menjadi pemenang dan kemudian menguasai 70% wilayah yang dahulu dikuasai Inggris.

Perebutan wilayah (dan pengaruh) ini menjadi inti konflik Arab-Israel hingga saat ini. Negara-negara Arab (plus Maroko di Afrika Utara) tidak mau mengakui kedaulatan Israel.

Di PBB ada 31 negara yang tidak mengakui Israel. Meski PBB, sudah mengakui keberadaan negara Israel melalui Resolusi No 273 tertanggal 11 Mei 1949.

Berkebalikan dengan Israel, Palestina lebih susah mendapat status sebagai negara yang diakui dunia. Pada 2011, Presiden Palestina Mahmoud Abbas sudah memasukkan permintaan untuk menjadi anggota PBB.

Namun jalan ke arah sana sangat terjal. Untuk menjadi negara yang diakui PBB, Palestina harus mendapat suara dari dua pertiga anggota lainnya. Plus tidak ada veto.

Veto ini yang susah. AS, sebagai salah satu negara pendiri PBB, punya hak veto dan kemungkinan besar akan menggunakannya melawan kehendak Palestina menjadi anggota PBB.

Pada 2012, Palestina mengajukan permohonan untuk menjadi negara peninjau non-anggota di PBB. Permintaan tersebut disetujui melalui voting pada 29 November 2019 dan menjadi Resolusi No 67/19. Status ini disebut sebagai pengakuan de facto dari PBB bahwa Palestina adalah negara berdaulat.

Per Juli 2019, 138 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui keberadaan Palestina sebagai sebuah negara. Namun karena ada risiko veto dari AS, modal ini belum bisa dimanfaatkan untuk membuat Palestina menjadi anggota PBB.

Konflik pun tak hanya di meja diplomasi tapi juga perang senjata. Perang pecah dari 1948 hingga Maret 1949. Lalu pada tahun 1967 yang melibatkan Mesir, Suriah, dan Yordania. Pada tahun 2000 perang intifada juga terjadi hingga 2005. Ketegangan antara Israel dan Palestina masih kerap terjadi hingga kini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular