Batu Bara RI Tak Laku 20 Tahun Lagi, Tapi Cadangan Melimpah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan batu bara global diperkirakan bakal semakin menurun, bahkan tak laku lagi pada 20-30 tahun mendatang sejalan dengan semakin tingginya kepedulian negara-negara di dunia terhadap pemakaian energi bersih atau bebas emisi guna mengurangi dampak perubahan iklim.
Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi produsen batu bara di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia memiliki cadangan batu bara mencapai 37,45 miliar ton. Bila tidak ada inovasi apapun, maka artinya industri batu bara akan memasuki era tenggelam atau 'sunset'. Dengan jumlah cadangan batu bara yang besar tersebut, sangat disayangkan bila tidak dioptimalkan, terutama untuk kebutuhan energi di domestik.
Untuk itu, pemerintah pun kini terus menggalakkan program hilirisasi batu bara agar pengusaha batu bara tidak hanya menggali dan menjual, tapi juga meningkatkan nilai tambah menjadi sejumlah produk, seperti methanol, dimethyl ether (DME), briket, kokas, dan lainnya.
Produk hilirisasi tersebut nantinya bisa berdampak pada peningkatan pasokan energi di dalam negeri, karena produk berupa DME bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif pengganti LPG yang kini masih didominasi impor.
Namun memang, hingga kini Indonesia baru melakukan dua jenis hilirisasi batu bara dan tujuh jenis yang ditargetkan bisa dikerjakan, yakni pembuatan briket dan peningakatan mutu batu bara.
Lantas, dengan deretan sejumlah proyek hilirisasi itu, apakah cadangan batu bara nasional bisa mencukupinya? Berapa lama cadangan batu bara RI bisa dieksploitasi?
Berikut ulasan CNBC Indonesia.