Libur Akhir Tahun Mau 'Disunat', Ekonomi RI Bakal Sekarat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ini, Ramadan-Idul Fitri terasa sangat berbeda. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Codi-19) membuat momentum kemenangan dan kebahagiaan itu menjadi penuh keprhatinan.
Ramadan-Idul Fitri tahun ini jatuh kala pemerintah sedang getol-getolnya menegakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk meredam penyebaran virus corona. Ini membuat tradisi berkumpul bersama keluarga dan sahabat di kampung halaman terpaksa ditiadakan. Lebaran #dirumahaja, silaturahmi dilakukan secara daring (online).
Tidak cuma itu, pemerintah juga meniadakan libur panjang Ramadan-Idul Fitri. Maklum, sebagian besar pekerja memang masih wajib bekerja dari rumah dan diimbau tidak ke mana-mana (apalagi mudik). Jadi libur panjang saat itu memang bakal sia-sia.
Begitu ketatnya PSBB kala itu tidak hanya melukai hati dan tradisi, tetapi juga ekonomi. Ramadan-Idul Fitri yang biasanya menjadi puncak konsumsi rumah tangga berubah menjadi petaka.
Pada kuartal II-2020, konsumsi rumah tangga terkontraksi atau tumbuh negatif 5,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga ekonomi Ibu Pertiwi tumbuh negatif 5,32% YoY, pencapaian terendah sejak 1999.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> COVID MAKIN MENGGILA