
Pandemi Covid-19 Masih Terus Buat Stres Warga +62 di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memproyeksikan penularan Covid-19 akan 'menghantui' Indonesia hingga Semester I-2021 atau tepatnya Juni 2021.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo. Dia mengatakan, hal yang bisa mengubah kondisi Indonesia terhadap penularan virus corona adalah vaksin. Kendati demikian, protokol kesehatan juga tetap harus dipatuhi dan dijalankan.
"Kita masih memperkirakan di Semester I-2021 masih berlanjut penularan Covid ini, dan pemerintah telah mengalokasikan stimulus Rp 372 triliun untuk 2021," jelas Yustinus dalam siaran virtual, Senin (23/11/2020).
Untuk diketahui, anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN) pemerintah mengalokasikan Rp 372,3 triliun. Dari anggaran tersebut, kata Yustinus ada sebesar Rp 29,65 triliun yang dialokasikan oleh pemerintah untuk melakukan transformasi digital, memperluas coverage layanan, dan menambah infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
"Sehingga work from home, school from home, digitalisasi UMKM ke marketplace bisa berjalan dengan baik. Perkiraannya akan berlanjut sampai akhir Semester I-2021," kata Yustinus melanjutkan.
Seperti diketahui, anggaran program PEN tahun depan menjadi Rp 372,3 triliun atau naik 4,4% dari pagu sebelumnya sebesar Rp 356,5 triliun yang ditetapkan dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 di pertengahan Agustus 2020 silam.
Pagu PEN 2021 yang ditetapkan sebelumnya, akan tersebar ke dalam enam program.
Pertama, anggaran kesehatan sebesar Rp 25,4 triliun, Kedua, perlindungan sosial Rp 110,2 triliun. Ketiga, sektoral, pemerintah daerah, dan Kementerian/Lembaga (K/L) Rp 136,7 triliun.
Keempat, dukungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Rp 48,8 triliun. Kelima, pembiayaan korporasi Rp 14,9 triliun. Keenam, insentif usaha dalam bentuk perpajakan senilai Rp 20,4 triliun.
Dalam kesempatan terpisah, Institute for Development of Economic and Finance (Indef) skeptis dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021, yang ditetapkan bisa mencapai 4,5% hingga 5,5%.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2021, hanya mampu mencapai 3% saja. Ada beberapa hal yang menurut Tauhid, Indonesia tidak akan mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan.
Misalnya saja, kata Tauhid permintaan atau konsumsi masyarakat masih belum normal. Seperti diketahui, pertumbuhan konsumsi Indonesia pada Kuartal III-2020 mencapai -4%, lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi pada Kuartal II-2020 yang mencapai -6%.
Kendati demikian, membaiknya sektor konsumsi tersebut, masih belum tercermin dari lajunya kredit perbankan. Laju kredit perbankan diprediksi hanya tumbuh 5% hingga 6% saja.
"Normalnya (kredit perbankan) tumbuh 9% hingga 11%. [...] Wajar BI (Bank Indonesia) menurunkan suku bunganya menjadi 3,75% untuk mengantisipasi agar penurunan laju perbankan, yang sekarang di bawah kurang lebih 1% dan sempat 0,28% di September," kata Tauhid menjelaskan dalam webinar, Senin (23/11/2020).
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak