Benar Pendapatan Pertamina Anjlok Gara-gara Premium Dihapus?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 November 2020 14:32
Pengendara mengisi BBM di Salah satu SPBU, Kuningan, Jakarta, Minggu (10/2). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pengendara mengisi BBM di Salah satu SPBU, Kuningan, Jakarta, Minggu (10/2). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin Premium kembali mengemuka di publik. Tak hanya karena faktor lingkungan, usulan penghapusan bensin Premium ini pun telah direkomendasikan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi atau biasa dikenal juga dengan Tim Anti Mafia Migas pada 2015 lalu.

Lalu, bagaimana dampak penghapusan Premium terhadap kinerja Pertamina bila kebijakan penghapusan Premium ini benar dilaksanakan? Apakah ini akan membuat anjlok pendapatan perseroan?

Putut Andriatno, Corporate Secretary Subholding Commercial and Trading Pertamina, mengatakan bila bensin Premium tidak lagi dijual, maka akan ada substitusi ke jenis bensin lainnya. Dengan demikian, bila ada satu penurunan di satu jenis bensin, maka diperkirakan ada peningkatan di penjualan bensin lainnya.

"Konsumen BBM adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor akan mengonsumsi BBM sesuai dengan peruntukan jenisnya, substitusinya adalah sesama jenis gasoline (bensin). Jadi, penurunan di satu jenis, maka akan berpindah ke jenis yang lain," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/11/2020).


Berdasarkan data Pertamina, penjualan bensin Premium yang merupakan jenis BBM khusus penugasan dari pemerintah pada 2019 mencapai 11,53 juta kilo liter (kl) atau hanya 16,2% dari total penjualan BBM Pertamina pada 2019 yang mencapai 71 juta kl.

Adapun dari sisi pendapatan, pendapatan dari penjualan bensin Premium pada 2019 mencapai US$ 4,91 miliar atau 11,2% dari total pendapatan dari penjualan minyak mentah, gas bumi, panas bumi, dan produk minyak dalam negeri perseroan yang mencapai US$ 43,78 miliar.

Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dari penjualan bensin lainnya seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertalite dan Pertadex (bahan bakar diesel) yang mencapai US$ 11,27 miliar atau sekitar 26% dari total penjualan minyak mentah, gas bumi, panas bumi, dan produk minyak dalam negeri perseroan.

Dibandingkan dengan penjualan Premium pada 2018, penjualan pada 2019 mengalami peningkatan. Pada 2018, pendapatan dari penjualan bensin Premium mencapai US$ 4,51 miliar. Sementara untuk bensin lainnya dari Pertaseries relatif stabil dari 2018 yang sebesar US$ 11,21 miliar.


Sebelumnya, CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan tren penjualan BBM jenis gasoline (bensin) sudah mulai mengarah ke peningkatan volume penjualan BBM ramah lingkungan.

Dia mengatakan, pada awal 2019 atau tepatnya Januari 2019 perseroan menjual bensin sebesar 90 ribu kilo liter (kl) per hari, terdiri dari Premium 31.600 kl dan Pertamax sekitar 10.300 kl per hari. Namun pada September 2020, lanjutnya, penjualan Premium tinggal 23.100 kl per hari, sementara Pertamax mencapai 10.600 kl.

"Kami berupaya comply dengan regulasi dan kami berusaha melakukan pola marketing penyaluran Premium tepat sasaran, sehingga Premium dari yang tadinya 31.600 kl per hari pada Januari 2019 menjadi sekitar 23.000 kl per hari pada September 2020," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Senin (05/10/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan pada 2024 Pertamina memproyeksikan penjualan bensin mencapai 106.400 kl per hari, di mana Pertalite masih mendominasi mencapai 61.200 kl, Premium turun menjadi 13.800 kl dan Pertamax naik menjadi 29.900 kl per hari.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Perkirakan Penjualan Premium Turun 21% vs Kuota

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular