Tak Banyak yang Jual, Pertamina Impor BBM Premium Dari Mana?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
19 November 2020 17:37
Ilustrasi Pengisian BBM di SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pengisian BBM di SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia termasuk satu dari tujuh negara yang masih menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan nilai oktan (Research Octane Number/ RON) di bawah 90, salah satunya bermerek dagang Premium yang memiliki RON 88 dan dijual oleh PT Pertamina (Persero).

Bensin dengan RON 88 ini bahkan bensin dengan nilai oktan terendah yang dijual di antara sembilan negara di Asia Pasifik, dan ini menandakan Indonesia menjadi satu-satunya yang menjual bensin dengan RON terendah tersebut. Pasalnya, kebanyakan negara lainnya menjual bensin dengan RON di atas 90.

Lalu, dari mana saja kah Pertamina memperoleh bensin dengan RON 88 tersebut?

SVP Strategic & Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan bahwa perseroan memperoleh bensin RON 88 ini dari kilang dalam negeri Pertamina dan juga melalui impor.

Meski kilang BBM di luar negeri rata-rata menjual bensin dengan RON tinggi di atas 90, namun perusahaan kilang tersebut bisa saja mengolah bensin sesuai dengan permintaan pembeli, dalam hal ini Pertamina.

"Impornya (bensin RON 88) mostly dari Singapura. Semua kilang minyak pada prinsipnya bisa bikin RON 88. Kalau tidak salah, pernah juga impor dari Korea dan China," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/11/2020).

Proses pengadaannya, lanjutnya, Pertamina membuka lelang pengadaan dengan mencantumkan spesifikasi bensin RON 88, lalu nanti pemilik kilang atau trader yang melakukan pencampuran (blending) untuk mengolah menjadi bensin RON 88 terlebih dahulu. Pencampuran ini menurutnya dilakukan di Singapura.

Sementara untuk bensin dengan RON 90 atau dengan merek dagang Pertalite menurutnya berasal dari pencampuran bensin RON 92 dan RON 88 yang dilakukan di kilang dalam negeri.

Dari data PT Pertamina (Persero), saat ini hanya tujuh negara termasuk Indonesia, yang masih menggunakan bensin di bawah RON 90 atau sekelas Premium. Negara itu adalah Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, dan Uzbekistan.

Pertamina pun kini mengkaji penghapusan Premium dan tengah berupaya menguranginya secara bertahap. Salah satu upaya yang dilakukan, salah satunya yaitu melalui Program Langit Biru berupa pemberian harga khusus Pertalite setara harga Premium yakni Rp 6.450 per liter, turun Rp 1.200 per liter dari harga normal Pertalite.

CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan tren penjualan BBM jenis gasoline (bensin) sudah mulai mengarah ke peningkatan volume penjualan BBM ramah lingkungan.

Dia mengatakan, pada awal 2019 atau tepatnya Januari 2019 perseroan menjual bensin sebesar 90 ribu kilo liter (kl) per hari, terdiri dari Premium 31.600 kl dan Pertamax sekitar 10.300 kl per hari. Namun pada September 2020, lanjutnya, penjualan Premium tinggal 23.100 kl per hari, sementara Pertamax mencapai 10.600 kl.

"Kami berupaya comply dengan regulasi dan kami berusaha melakukan pola marketing penyaluran Premium tepat sasaran, sehingga Premium dari yang tadinya 31.600 kl per hari pada Januari 2019 menjadi sekitar 23.000 kl per hari pada September 2020," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Senin (05/10/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan pada 2024 Pertamina memproyeksikan penjualan bensin mencapai 106.400 kl per hari, di mana Pertalite masih mendominasi mencapai 61.200 kl, Premium turun menjadi 13.800 kl dan Pertamax naik menjadi 29.900 kl per hari.

"Jadi, pada 2024 Premium sudah kurang dari setengahnya dan Pertamax yang asalnya hari ini sekitar 10.000 kl menjadi 30.000 kl per harinya. Kalau regulasi tidak berubah dan hanya mengandalkan pola marketing, penjualan Premium akan jadi 1/3 penjualan Pertamax," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benarkah Premium Akan Dihapus per Awal 2021? Cek Faktanya Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular