Heboh Seruan Boikot Produk Prancis, Dampaknya Kecil di RI?

sef, CNBC Indonesia
29 October 2020 09:40
Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)
Foto: Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seruan boikot produk Prancis kini terjadi. Ini terkait kecaman sejumlah negara muslim ke Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membiarkan dan tak akan menarik karikatur Nabi Muhammad sehingga berbuntut pada pembunuhan seorang guru sejarah dan geografi di pinggiran Paris.

Di Kuwait, beberapa jaringan supermarket mulai mengeluarkan semua produk Prancis dari rak sebagai bentuk aksi protes. Di Qatar, Alwajba Dairy Company dan Almeera Consumer Goods Company mengatakan mereka akan memboikot produk Perancis dan akan memberikan alternatif lain.



Kampanye lain juga dilaporkan di Yordania, Palestina hingga Israel. Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye boikot, mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk menunda Pekan Budaya Prancis sebagai protes atas penghinaan anti-Islam.

RI menjadi salah satu negara yang mengecam kartun nabi. Namun pemerintah sampai saat ini tidak mengambil sikap serupa dengan banyak negara Islam yang mengkampanyekan boikot produk Prancis.



Menurut Direktur Eksekutif Research Director at Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, sebenarnya hubungan dagang RI dengan Prancis tak terlalu besar. Sehingga dampaknya minim.

"Dengan Eropa yg paling besar, trade kita dengan Jerman dan Belanda, setelah itu Inggris," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/10/2020).

Sebenarnya jika dilihat lebih dalam di Comtrade Societa General, Produk Prancis yang paling banyak diimpor Indonesia adalah pesawat terbang dan komponennya yang mencapai lebih dari 45% dari total impor.

Seperti diketahui bersama, Prancis memiliki perusahaan manufaktur pesawat terbang bernama Airbus yang bermarkas di Toulouse.

Berbagai maskapai penerbangan komersial domestik seperti Lion Air, Garuda Indonesia hingga Citilink banyak menggunakan pesawat terbang buatan Prancis tersebut yang sempat digunakan sebagai alat gertak ketika sawit RI terkena kampanye hitam dan dinilai merusak lingkungan oleh Uni Eropa.

Selain pesawat terbang, RI juga mengimpor berbagai produk lain yang rata-rata merupakan produk medis, bahan baku industri terutama untuk mesin dan peralatan listrik. Tak hanya itu produk-produk konsumen seperti minuman beralkohol, air dadih hingga kosmetik dan perawatan diri juga didatangkan RI dari Prancis.

Sebagai informasi berbagai produk kecantikan dan perawatan diri seperti L'Oreal hingga barang-barang fashion mewah buatan merek Louis Vitton juga dipasarkan di Indonesia. BPS mencatat sepanjang Januari-Juli 2020 nilai total impor dari Prancis ke Indonesia mencapai US$ 682 juta, turun 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Produk yang diimpor Indonesia antara lain, senjata dan peluru 282,029 Kg, senilai US$ 71,9 juta. Selain itu, pulp and waste paper 111,8 juta kg, senilai US$ 45,9 juta. Juga ada impor mesin dan motor termasuk suku cadang 699.281 kg senilai US$ 436 juta.

Tercatat juga produk kesehatan dan farmasi sebanyak 681.044 kg, nilainya US$ 33,9 juta. Produk lainnya yaitu kedelai 120.743 kh nilainya US$ 73.370. Indonesia juga mengimpor mentega 286.790 kg nilainya US$ 238 juta.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Boikot Produk Prancis, dari Arab ke Negeri Erdogan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular