Internasional

Kala Muslim Boikot Produk Prancis: Ini Senjata Terkuat Kami!

sef, CNBC Indonesia
28 October 2020 15:25
Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)
Foto: Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seruan memboikot produk asal Prancis menggema seiring dengan pernyataan Presiden Emmanuel Macron soal Islam. Sejumlah pembeli di beberapa negara Arab bahkan sudah merealisasikan seruan ini.

Di Qatar, pembeli mengatakan mendukung keputusan pengecer yang menarik produk Prancis di rak mereka. Sebelumnya perusahaan ritel seperti Wajbah Dairy dan Al Al Merra Consumer Goods Company melakukan ini.



"Saya memuji ini ... saya berharap perusahaan lain akan mengikuti contohnya," kata seorang konsumen berna,a Jassim Ibrahim, sebagaimana ditulis Al Jazeera, Rabu (28/10/2020).

"Ini adalah senjata terkuat yang kami miliki saat ini."



Hal senada juga dikatakan Omar Mbarak al-Ali. Warga Doha ini menyebut boikot mencerminkan posisi orang-orang.

"Semoga ini akan membuat perubahan," ujarnya merujuk ke pemerintahan Prancis.

Seruan boikot terjadi hampir di Kuwait dan Turki. Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta warganya tak membeli barang Negeri Menara Eiffel.

Sebelumnya Macron telah memicu kontroversi sejak awal September. Saat itu, ia mengajukan UU untuk 'separatisme Islam' di Prancis.

Macron sempat berujar bahwa 'Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia'. Karenanya pemerintahnya akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Setelah seorang guru di Prancis dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas yang ia pimpin, seraya berbicara soal kebebasan, Macron kembali berkomentar. Ia berujar sang guru 'dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita'.

Jika mengacu pada data Observatory Economic Complexity 2018, total ekspor Perancis ke berbagai negara muslim mencapai US$ 41,1 miliar atau setara dengan 7,29%, dari total ekspor keseluruhan negara itu, yang mencapai lebih dari US$ 530 miliar.

"Ada beberapa ekspor persenjataan dan beberapa merek mewah di mana Anda mungkin akan melihat beberapa dampak, tetapi persentase ekspor Prancis yang masuk ke negara-negara itu akan sangat, sangat kecil," kata Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics, kepada The National.

"Jadi jika Anda berpikir, apa dampaknya pada perekonomian secara keseluruhan, itu tidak akan terlalu besar sama sekali, terutama sekarang, mengingat semua hal lain sedang terjadi."

Direktur Forecast Global di Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais, mengatakan boikot itu akan berlangsung singkat jika mengacu pada peristiwa tahun 2015. Saat itu, protes serupa terjadi menyusul pembunuhan 12 orang di majalah satir Charlie Hebdo di Paris atas publikasi kartun yang sama.

"Ini adalah kejadian ulang dari apa yang terjadi pada 2015 ketika ada seruan untuk boikot produk Prancis di beberapa belahan dunia Muslim." katanya.

"Kejadian ini paling berumur pendek dan saya rasa perusahaan Prancis tidak memiliki masalah nyata dalam menjual produk mereka di Timur Tengah pada saat itu," kata Demarais.


(sef/sef) Next Article Arab Boikot Produk Prancis, Ini 'Jeritan' Negeri Macron

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular