Produk Prancis Paling Banyak Diimpor RI: Senjata!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 October 2020 16:25
A Russian tourist holding a bottle of Champagne walks past police officers securing the bridge leading to the Eiffel Tower, Wednesday, Sept. 23, 2020 in Paris. Paris police have blockaded the area around the Eiffel Tower after a phone-in bomb threat. (AP Photo/Michel Euler)
Foto: AP/Michel Euler

Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbuntut panjang. Kasus kekerasan hingga mengakibatkan korban jiwa kembali terjadi, dan seruan boikot terhadap produk Negeri Anggur meluas.

Di Basilika Notre Dame, Nice, terjadi pembunuhan terhadap tiga warga Prancis. Pelaku, seorang imigran asal Tunisia, menggunakan pisau untuk melayangkan nyawa para korbannya.

Kejadian bermula dari pembunuhan seorang guru di Prancis yang menggunakan karikatur Nabi Muhammad SAW di majalah satir Charlie Hebdo sebagai bahan ajar kebebasan berpendapat. Majalah tersebut kemudian menerbitkan ulang edisi tersebut.

Di tengah kecaman berbagai elemen muslin dunia, Macron menegaskan dirinya tidak bisa mengekang kebebasan pers. Sang presiden juga menyatakan tidak akan menyerah terhadap teror kelompok garis keras.

Namun sikap Macron itu membuat tekanan kepada Prancis semakin besar. Tragedi di Nice adalah salah satunya. Satu per satu negara juga menyatakan keberatan bahkan kecaman, termasuk Indonesia.

Dampak lain dari sengkarut ini adalah aspek ekonomi. Ajakan untuk memboikot produk Prancis semakin banyak berdatangan.

Bagaimana fakta produk Prancis yang beredar di Indonesia? Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor produk made in France selama Januari-Juli 2020 adalah US$ 682,8 juta. Porsinya tidak besar, hanya 0,84% dari total impor Indonesia yang mencapai US$ 81,37 miliar.

Berikut adalah lima produk utama yang diimpor Indonesia dari Prancis selama tujuh bulan pertama 2020:

Dengan perannya yang minim, sejatinya boikot produk Prancis tidak banyak berdampak kepada Indonesia andai sampai terjadi. Selain itu, Indonesia juga bisa mencari pasar lain untuk memperoleh produk serupa.

Misalnya untuk pesenjataan dan amunisi, Indonesia bisa mendatangkannya dari Brasil, Belanda, Belgia, sampai Swiss. Kemudian untuk bubur kertas dan limbah kertas, Indonesia bisa mengimpor dari Afrika Selatan, Selandia Baru, Kanada, atau Italia.

Namun, solusi terbaik untuk mengatasi friksi ini tentu melalui dialog. Aksi boikot dan kekerasan semestinya tidak perlu terjadi.

Dunia sudah 'panas' akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Berat juga kalau harus mengurus masalah baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Arab Boikot Produk Prancis, Ini 'Jeritan' Negeri Macron

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular