Internasional

Fakta Teror di Nice Prancis, Macron Sampai Komen Mahathir

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 October 2020 14:24
French policemen stand next to Notre Dame church after a knife attack, in Nice, France, Thursday, Oct. 29, 2020. French anti-terrorism prosecutors are investigating a knife attack at a church in the Mediterranean city of Nice that killed two people and injured several others. (AP Photo/Alexis Gilli)
Foto: Penusukan di Prancis (AP/Alexis Gilli)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan terjadi di sebuah gereja Basilika Notre Dame di Kota Nice, Prancis. Serangan itu menewaskan tiga orang, Kamis (29/10/2020).

Pembunuhan brutal itu terjadi hanya dua minggu setelah kasus pemenggalan seorang guru Prancis di luar sekolahnya yang terletak di utara Paris oleh seorang ekstremis Islam. Guru tersebut dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.


Berikut fakta-fakta soal penyerangan gereja di daerah pesisir French Riviera, sebagaimana dikutip dari BBC International.

Kronologi penyerangan gereja

Pada pukul 8:29 waktu Prancis, seorang pria dengan pisau mulai menyerang orang-orang yang berdoa di dalam gereja Basilika Notre-Dame di daerah pesisir French Riviera. Menurut Jaksa anti-teror Prancis, Jean-Francois Ricard, penyerang membawa salinan kitab suci Alquran dan tiga pisau bersamanya.

Dalam setengah jam, penyerang menggunakan pisau berukuran 30 sentimeter untuk menggorok tenggorokan seorang wanita berusia 60 tahun, yang langsung meninggal di lokasi.

Sementara jenazah seorang pria, seorang pegawai gereja atau sakristan berusia 45 tahun, ditemukan dengan tenggorokan yang sudah digorok.

Wanita lain, berusia 44 tahun, sempat melarikan diri dari gereja ke restoran terdekat, namun meninggal akibat beberapa luka pisau.

Sementara tersangka langsung ditembak oleh polisi yang tiba dengan cepat di tempat kejadian. Video yang dilihat oleh AFP menunjukkan tersangka dipukul setidaknya enam kali. Bahkan ketika dia ditangkap, tersangka pria itu terus meneriakkan "Allahu Akbar" (Tuhan yang maha besar), sebelum dia dilarikan ke rumah sakit kota Pasteur.

Siapa tersangkanya?

Tersangka berusia 21 tahun dan berasal dari negara Tunisia. Menurut sumber resmi, ia baru tiba di Prancis pada awal bulan ini setelah datang ke Eropa dengan kapal migran melalui pulau Lampedusa di Italia pada akhir September.

Tersangka penusuk menyebut dirinya "Brahim". Namun ketika ditangkap, ia mengaku sebagai Brahim Aouissaoui.

Komentar Macron

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi penusukan di Basilika Notre Dame sore hari. Ia kembali menyebut serangan 'terorisme Islam'.

Hadirin sekalian, sekali lagi negara kita telah dilanda serangan teroris Islam," katanya dalam konferensi pers di lokasi kejadian.

"Sekali lagi pagi ini, tiga rekan gugur di Nice di basilika Norte Dame, Nice. Dan, jelas sekali Prancis sedang diserang."

"Pada saat yang sama kami memiliki kantor konsulat Prancis yang diserang di Arab Saudi, di Jeddah, dan pada saat yang sama penangkapan sedang dilakukan."

Komentar Mahathir

Sementara itu, beberapa waktu setelah peristiwa Nice terjadi, Mantan Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7, Mahathir Mohamad melontarkan pernyataan kontroversial lewat akun Twitternya @chedetofficial. Mahathir menulis Muslim mempunyai hak untuk membunuh jutaan orang Prancis.

"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh," kata pria berusia 95 tahun itu secara blak-blakan.

"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu."

Tapi Mahathir menambahkan kembali bahwa pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Ini ditujukannya untuk Hukum Qisas dalam Islam yang berarti pembalasan, di mana ada hak untuk keluarga korban meminta hukuman mati ke pembunuh.

Menurut laporan AFP, Mahathir sebenarnya tidak merujuk ke serangan gereja di Nice. Komentarnya ini terkait pemenggalan kepala seorang guru bahasa Prancis yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya pada pekan lalu.

Cuitan Mahathir ini membuat panas di Twitter. Media sosial itu akhirnya menghapus cuitan, setelah sebelumnya menandai dengan kalimat 'mengangungkan kekerasan'.

Twitter mengatakan kepada AFP itu karena komentar itu Mahathir melanggar kebijakan tentang pemujaan kekerasan. Mahathir sendiri sebelumnya sempat berkomentar keras soal Yahudi dan kelompok LGBT.



(sef/sef) Next Article Teror Penusukan di Nice Prancis, Satu Orang Tewas Dipenggal!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular