Kapan RI Bebas dari Resesi? Tergantung Penanganan Pandemi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2020 12:28
Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi. (CNBC Indoensia/Muhammad Sabki)
Foto: Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi. (CNBC Indoensia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepertinya Indonesia harus ekstra waspada. Sebab ada kecenderungan Indonesia lebih sulit bangkit dari resesi ketimbang negara-negara lain.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 1,6%. Negara-negara berkembang lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik lebih parah, Indonesia beruntung karena hanya mengalami kontraksi ekonomi yang dangkal.

Namun kemampuan Indonesia untuk bangkit dari resesi patut dipertanyakan. Pasalnya, sektor manufaktur Tanah Air masih mengalami tekanan luar biasa.

Sektor manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Jadi ketika sektor ini bermasalah, maka PDB secara keseluruhan akan terpengaruh.

growrhBadan Pusat Statistik

Kelesuan sektor manufaktur terlihat dari data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur keluaran IHS Markit. Pada September 2020, skor PMI manufaktur Indonesia adalah 47,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50 berarti kontraksi, di atas 50 berarti ekspansi.

Penurunan pada September adalah yang pertama setelah PMI terus merangkak naik sejak April. Menurut IHS Markit, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada pertengahan September menjadi penyebabnya.

Penurunan permintaan membuat produksi kembali turun. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja ikut berkurang. Bahkan laju Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin cepat.

Selain itu, dunia usaha juga mengurangi pembelian bahan baku sebagai upaya efisiensi. Laju penurunan pembelian bahan baku pada September bahkan menjadi yang tercepat dalam tujuh bulan terakhir.

Situasi yang sulit bahkan membuat dunia usaha sampai menurunkan harga jual produk demi mendongkrak penjualan. Ini membuat tekanan inflasi pada kuartal III-2020 sangat ringan, bahkan hampir tidak ada.

Nah, yang menjadi masalah adalah dari 28 negara yang laporan PMI manufakturnya sudah keluar, hanya sembilan yang membukukan penurunan. PMI manufaktur Indonesia yang turun nyaris empat poin menjadi yang terburuk kedua, hanya unggul dari Myanmar.

PMI manufaktur menjadi gambaran bagaimana arah industri ke depan, apakah siap ekspansi atau masih 'tiarap'. Angka PMI terbaru memberi petunjuk bahwa ada tendensi industri manufaktur Ibu Pertiwi belum siap ekspansi. Masih wait and see, tergantung bagaimana perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) bisa diatasi.

"Angka PMI terbaru menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih menghadapi tantangan dalam beberapa bulan ke depan. Pemulihan ekonomi akan tergantung dari kemampuan mengendalikan pandemi," tegas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti diwartakan dari siaran tertulis.

Masalahnya, pandemi virus corona di Indonesia masih mencemaskan. Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona per 1 Oktober adalah 291.182 orang. Bertambah 4.174 orang (1,45%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (18 September-1 Oktober), rata-rata pasien baru bertambah 4.182 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 3.454 orang.

Filipina memang masih negara dengan kasus corona tertinggi di Asia, mencapai 311.694 orang pasien per 1 Oktober. Namun terlihat bahwa panyebaran virus yang bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mulai terkendali.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata jumlah pasien corona baru di Filipina bertambah 2.769 orang. Turun dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 3.321 orang. Nampak bahwa kurva kasus corona di Filipina mulai agak melandai.

Laju pertumbuhan kasus di Filipina juga lebih lambat ketimbang Indonesia. Selama dua pekan terakhir, rata-rata pertumbuhan pasien baru di Filipina adalah 0,96% sedangkan di Indonesia 1,62%.

Bank Dunia menyoroti kemampuan Indonesia dan Filipina untuk keluar dari resesi. Pergumulan dengan virus corona yang masih jauh dari kata usai membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi samar-samar.

"Indonesia dan Filipina menghadapi prospek yang tidak pasti. Sejauh ini kedua negara belum mampu mengendalikan wabah. Kedua negara punya keunggulan populasi yang relatif mudah, tetapi terpukul karena tekanan yang dialami sektor informal dan tingginya angka kemiskinan," sebut laporan Bank Dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Ekonomi Bisa Pulih dari Resesi, Tapi Ingat Pesan Sri Mulyani!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular