Sempat Bangkit, Manufaktur RI Nyungsep Lagi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2020 07:50
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan mie di rumah produksi Mie Karya Abadi, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Rabu, (9/9/2020). Produksi mie rumahan tersebut menurun dari 1,5 ton perhari menjadi 1 ton perhari. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pandemi Covid-19 hampir memukul semua sektor, terutama sektor ekonomi UMKM yang lama telah lama ditekuni oleh Samino (63).

Menurut Samino "Selama pandemi masuk indonesia banyak mal yang tutup, sebagian pelanggan kita kebanyak di mal" jelasnya. 

Dengan kondisi yang seperti ini penjualan berkurang menjadi 30%, pelanggan tidak hanya di dalam mal melainkan juga dekat dengan sekolah dan perkantoran.

Pabrik rumahan yang berdiri sejak tahun 1981 ini bisa mempekerjakan 9 orang karyawan.

Proses pembuatan mie ini dimulai pukul 21.00 hingga 04.00 dan waktu kedua dimulai pada 11.00 sampai 14.00.

"Sebelum Covid melanda, produksi mie rumahan ini  memproduksi 1,5 ton perhari dan sampai saat ini produksi mie hanya 1 ton per harinya" tambahnya pria kelahiran Wonogiri ini
Foto: Pembuatan mie di rumah produksi Mie Karya Abadi, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Rabu, (9/9/2020). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia pada September 2020 kembali mengkerut. Padahal bulan sebelumnya sempat ada ekspansi.

Aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) pada September 2020 berada di angka 47,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50 berarti kontraksi, di atas 50 berarti ekspansi.

Penurunan pada September adalah yang pertama setelah PMI terus merangkak naik sejak April. Menurut IHS Markit, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada pertengahan September menjadi penyebabnya.

"Penerapan kembali PSBB di Jakarta pada medio September di tengah peningkatan kasus infeksi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) berdampak terhadap penjualan produk manufaktur dan proses produksi. Setelah kenaikan yang solid pada Agustus, permintaan baru turun drastis pada September meski tidak separah Maret," sebut keterangan tertulis IHS Markit yang dirilis Kamis (1/10/2020).

Penurunan permintaan membuat produksi kembali turun. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja ikut berkurang. Bahkan laju Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin cepat.

Dalam kurun setahun ke depan, pelaku usaha memang masih optimistis bahwa produksi dan permintaan akan meningkat. Namun optimisme ini akan sangat tergantung dari bagaimana pandemi bisa dikendalikan.

"Angka PMI terbaru menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih menghadapi tantangan dalam beberapa bulan ke depan. Pemulihan ekonomi akan tergantung dari kemampuan mengendalikan pandemi," tegas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti diwartakan dari siaran tertulis.


(aji/aji) Next Article RI Sudah Punya Bekal untuk Menghindari Resesi, Lanjutkan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular