Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini 75 tahun yang lalu sebuah bangsa baru lahir ke dunia. Bangsa yang awalnya dikenal sebagai Hindia Timur Belanda (Dutch East Indies) mendeklarasikan kemerdekaan. Pada 17 Agustus 1945, bangsa dan negara Indonesia menyeruak di penghujung Perang Dunia II.
Para pendiri bangsa ingin agar tujuan pendirian Negara Republik Indonesia adalah untuk mengantar rakyat menuju kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran. Kemerdekaan ibarat jembatan emas, kata Ir Soekarno, sang proklamator kemerdekaan sekaligus presiden Indonesia pertama. Jembatan emas menuju kejayaan dan kegemilangan bagi seluruh rakyat.
Tujuh puluh lima tahun setelah momentum bersejarah itu, sudahkah cita-cita pendiri bangsa tercapai? Apakah rakyat sudah berdaulat, adil, dan makmur?
Dengan ukuran saat ini, kemakmuran dicirikan dengan ekonomi yang kokoh dan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Ukuran ekonomi yang tergambar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2019 adalah Rp 15.833,9 triliun. Indonesia masuk di daftar 20 perekonomian terbesar dunia.
Dikonversi ke dolar Amerika Serikat (AS), PDB Indonesia sudah lebih dari US$ 1 triliun. Indonesia sudah berada di atas Belanda, negara yang dalam mitos menjajah Indonesia selama 350 tahun.
Sementara PDB per kapita Indonesia pada 2019 sudah mencapai Rp 59,1 juta atau US$ 4.174,9. Indonesia sudah resmi naik kelas dari negara berpendapatan menengah-bawah menjadi menengah atas.
Berikut adalah klasifikasi negara berdasarkan pendapatan per kapita versi Bank Dunia:
- Rendah: kurang dari US$ 1.025.
- Menengah-bawah: US$ 1.026-3.995.
- Menengah-atas: US$ 3.996-12.375.
- Tinggi: lebih dari US$ 12.376.
Jadi kalau ukuran kemakmuran adalah PDB dan PDB per kapita, maka Indonesia sudah lumayan lah. Meski jalan menuju negara berpendapatan tinggi masih panjang, tetapi setidaknya terus terjadi perbaikan.
Berlanjut ke angka kemiskinan dan pengangguran. Posisi terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia ada di 4,99% sementara jumlah penduduk miskin adalah 9,78%.
TPT berada di titik terendah sepanjang Indonesia sejarah Indonesia merdeka. Sementara tingkat kemiskinan mengalami peningkatan sebagai dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun sejak 2018, tingkat kemiskinan bisa terjaga di bawah 10%.
Kalau makmur sudah, bagaimana dengan adil? Apakah 'kue' ekonomi sudah terbagi secara merata? Apakah jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin sempit?
Jurang pemisah itu biasanya diukur dengan rasio gini. Rasio ini berkisar antara 0-1. Angka semakin mendekati nol berarti semakin merata, sedangkan kalau kian dekat dengan satu berarti makin timpang.
Per Maret 2020, rasio gini Indonesia ada di 0,381. Turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 0,382 dan menjadi yang terendah sejak 2009.
Secara umum ketimpangan pendapatan di Indonesia boleh dibilang rendah dengan rasio gini di bawah 0,5. Dari 34 provinsi, tinggal tujuh di antaranya yang masih memiliki ketimpangan di atas rata-rata nasional.
Akan tetapi, berbagai catatan tersebut jangan sampai membuat para pengambil kebijakan terlena. Sebab masih banyak pekerjaan rumah yang kudu diselesaikan.
PDB Indonesia memang lumayan besar, bahkan salah satu yang terbesar di dunia. Namun persebarannya belum merata. Jawa dan Sumatra masih sangat dominan dalam pembentukan 'kue' ekonomi Tanah Air. Pola yang belum bisa digeser selama belasan bahkan puluhan tahun.
 Badan Pusat Statistik |
Kemudian kalau mau dibilang makmur dengan lebih afdhal, maka harus ada perbandinga dengan negara-negara lain. Apakah rumput tetangga masih lebih hijau?
PDB per kapita Indonesia ternyata masih berada di bawah negara-negara tetangga. Indonesia masih harus puas berada di peringkat kelima di antara negara-negara Asia Tenggara.
Lalu dalam hal ketimpangan, rasio gini Indonesia adalah yang tertinggi ketiga di Asia Tenggara dengan besaran yang sama dengan Singapura di posisi keempat. Indonesia masih harus bekerja keras agar jurang pemisah ini semakin sempit.
Beralih ke tingkat pengangguran, Indonesia pun masih lebih tinggi ketimbang negara-negara Asia Tenggara. Tingkat pengangguran di Indonesia adalah yang kedua tertinggi, hanya lebih kecil dari Brunei Darussalam.
Berbagai data di atas menunjukkan bahwa Indonesia boleh dibilang sudah cukup baik dalam mengisi kemerdekaan. Kedaulatan mampu dimanfaatkan guna sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Namun tak ada gading yang tak retak, ketidaksempurnaan adalah sebuah keniscayaan. Di tengah catatan apik, masih ada beberapa hal yang patut diperbaiki.
Tanpa perbaikan yang berkelanjutan, maka Indonesia akan masuk ke zona yang menjadi momok negara-negara berkembang yaitu terperangkap di kelas menengah (middle income trap). Mentok, tidak bisa naik kelas lagi menjadi negara maju.
Amit-amit...
TIM RISET CNBC INDONESIA