Pemerintah Pede PDB Tumbuh 7% di Q2, Ekonom: Berat!

News - Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
16 April 2021 06:41
Pengendara mobil melintas di jalan Protokol Ibukota Thamrin-Sudirman, Jakarta, Kamis (21/6). Usai libur lebaran sejumlah ruas jalan Protokol mulai diberlakukan kembali aturan ganjil-genap. Hal itu diberlakukan usai sistem ganjil-genap tidak diberlakukan di Jalan Sudirman-Thamrin dan Jalan Gatot Subroto mulai tanggal 11-20 Juni 2018 kemarin. Menurut pantauan CNBC Indonesia meski sudah memasuki hari awal kerja PNS sejumlah ruas jalan tersebut masih terlihat ramai lancar. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah RI menargetkan perekonomian di kuartal II-2021 harus tumbuh minimal 7%. Jika tidak maka akan sulit untuk kembali ke level 5% di tahun ini seperti target Pemerintah di APBN.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, akan sulit dan berat untuk mencapai pertumbuhan 7% atau di atasnya di kuartal II tahun ini. Apalagi masih ada kasus Covid-19 di Indonesia hingga saat ini.



"Tapi memang kelihatannya berat untuk capai level (tumbuh) 7% kalau masih dibayangi kasus Covid-19," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/4/2021).

Selain itu, ia menilah hal lain yang membuat perekonomian masih sulit tumbuh tinggi adalah masih adanya pembatasan sosial seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga yang terbaru adalah larangan mudik.

"Kalau terjadi larangan mudik iya berat (tumbuh 7%)," kata dia.

Myrdal pun memproyeksi perekonomian kuartal II akan berada dikisaran 6,53%.

Di sisi lain, ekonom Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual menjelaskan, bahwa sangat memungkinkan pertumbuhan di kisaran 7%. Sebab, pada kuartal II-2020 perekonomian terkoreksi dalam yakni minus 5,32%.

"Ke arah 7% dalam rangka normalisasi, menurut saya masih wajar. Sebenarnya, merem aja harusnya bisa di atas 5% karena tahun lalu di kuartal II minus-nya di atas 5%," jelasnya kepada CNBC Indonesia.

David menjelaskan, perekonomian bisa tumbuh tinggi di kuartal II tahun ini karena berbagai indikator sudah mulai menunjukkan perbaikan. Apalagi dari sisi transaksi dan mobilitas masyarakat sudah mulai terjadi pemulihan meski belum kembali ke masa sebelum Covid-19 terjadi.

"Saya tidak akan katakan ini sudah normal 100%, karena belum normal 100%. Tapi ada perbaikan mobilitas karena konfiden dari masyarakat dengan adanya vaksinasi. Belanja masyarakat sudah mulai normal," imbuhnya.

Menurutnya, yang menjadi tantangan sebenarnya ada di tahun setelah 2021. Sebab, jika akhir tahun ini mulai pembalikan, maka di tahun berikutnya tidak akan bisa sekencang tahun kuartal II tahun ini.

"Tantangan ada di tahun depannya lagi (2022), karena faktor rebound sudah lewat," tegasnya


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ekonomi RI Masih Resesi, Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading