
Pertanda Apa Ini? Bomber China Wara-wiri Laut China Selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pesawat tempurĀ China baru-baru ini telah melakukan patroli jarak jauh di atas Laut China Selatan, menurut video yang dirilis media pemerintah, Selasa (4/8/2020).
"Video itu memperlihatkan kru berlari ke pesawat Su-30MKK Flanker di pangkalan udara di China Selatan," lapor media Australia 9News mengutip The Drive.
"Setelah lepas landas, pesawat-pesawat itu bertemu dengan sebuah tanker udara untuk mengisi bahan bakar sebelum melewati Kepulauan Spratly di jalur air yang disengketakan. Beberapa pesawat perang sarat dengan rudal udara-ke-udara (air-to-air) untuk menjalankan misi selama 10 jam."
Menurut media itu, aksi militer China itu bertujuan untuk memamerkan kekuatan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
China mengatakan, pesawat pembom jarak jauh termasuk di antara pesawat yang mengambil bagian dalam latihan udara baru-baru ini di Laut Cina Selatan. Pesawat pembom yang mengikuti latihan termasuk H-6G dan H-6K.
"Latihan-latihan itu termasuk lepas landas dan pendaratan malam hari dan mensimulasikan serangan-serangan jarak jauh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ren Guoqiang.
Aksi itu sendiri dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan beberapa negara lainnya di kawasan yang penting untuk perdagangan global dan kaya akan sumber daya itu.
Kegiatan itu juga terjadi di tengah meningkatnya intensitas latihan militer yang dilakukan China, Amerika Serikat (AS) dan Australia, di kawasan.
Sebagaimana diketahui, China dan AS telah kerap kali terlibat perselisihan di kawasan. Perselisihan itu bermula akibat kapal AS kerap berlayar di sekitar perairan yang diklaim China. Namun demikian, AS mengatakan melakukan pelayaran karena mereka tidak mengakui klaim China dan menyebut klaim China atas sekitar 90% wilayah Laut China Selatan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.
Australia juga telah menyampaikan kecamannya pada China atas klaimĀ tersebut. Australia baru-baru ini mengajukan sebuah memorandum pada PBB yang mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.
Langkah itu telah menuai kecaman dari China. Bahkan, pejabat negara itu dilaporkan terlibat cekcok di Twitter dengan pejabat China karenanya.
Sebelumnya pada Kamis, Komisaris Tinggi Australia Barry O'Farrell membuat postingan yang menyebut bahwa langkah-langkah China mengganggu stabilitas dan dapat memicu eskalasi. Postingan itu ditujukan pada Menteri Luar Negeri India.
Duta Besar Chin Sun Weidong menanggapi pada Jumat. Ia menuduh O'Farrell mengabaikan fakta. "Sudah jelas siapa yang menjaga perdamaian & stabilitas & mengacaukan & memprovokasi eskalasi di wilayah ini."
O'Farrell kemudian membalas dengan mengatakan China harus mengikuti putusan pengadilan internasional 2016 yang menolak sebagian besar klaim negara itu. China mengecam keputusan itu sebagai tindakan "ilegal" dan tidak bisa dipatuhi.
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Klaim Ditentang AS di Laut China Selatan, China: Provokator
