Internasional

Klaim Ditentang AS di Laut China Selatan, China: Provokator

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 July 2020 15:33
Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet)
Foto: Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet)

Jakarta, CNBC IndonesiaChina kembali mengecam musuh sekaligus mitra dagang terbesarnya, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/7/2020). Kecaman itu dikeluarkan sebagai tanggapan atas pernyataan AS yang menentang klaim China atas sebagian besar wilayah di Laut China Selatan (LCS).

China mengatakan langkah AS sebagai hal yang membahayakan. Sebab bisa memprovokasi hubungan China dengan negara-negara kawasan.

"Pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada 13 Juli menentang upaya China dan negara-negara ASEAN untuk menjaga stabilitas dan perdamaian Laut China Selatan," kata Kedutaan besar China di AS dalam pernyataan online berbahasa China pada Selasa pagi, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Selasa (14/7/2020).

"(AS) secara sembrono memutarbalikkan fakta objektif yang relevan dari LCS dan undang-undang seperti 'Konvensi PBB tentang Hukum Laut', mengubah LCS menjadi situasi yang tegang, memprovokasi hubungan China dengan negara-negara kawasan, dan menuduh China secara tidak masuk akal."

"China sangat menentang hal ini."

Komentar itu merupakan tanggapan atas pernyataan yang disampaikan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di situs web Departemen Luar Negeri pada Senin. Di mana Pompeo mengatakan klaim China di perairan yang menjadi rebutan banyak negara itu sebagai sesuatu yang melanggar hukum.

"Amerika Serikat memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Pompeo.

"Hari ini kami memperkuat kebijakan AS di bagian vital dan kontroversial kawasan itu - Laut China Selatan. Kami memperjelas: klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar LCS sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye penindasan untuk mengendalikannya."

LCS yang menjadi salah satu jalur perdagangan utama dunia, merupakan wilayah yang diperdebatkan banyak negara, termasuk oleh Vietnam dan Filipina. Menurut think tank Center for Strategic and International Studies (CSIS), sekitar US$ 3,4 triliun perdagangan dunia melewati jalur air ini pada tahun 2016.

Sebelumnya pada awal Juli, kedua ekonomi terbesar di dunia ini telah saling meningkatkan kehadiran di kawasan. Di mana pada 4 Juli Angkatan Laut AS mengirim dua kapal induk untuk melakukan operasi dan latihan di kawasan, bertepatan dengan waktu di mana militer China melakukan latihan, yaitu dari 1 Juli hingga 5 Juli.

Selain soal LCS, AS-China sebenarnya telah terlibat pertikaian dalam banyak hal lainnya. Termasuk dalam hal perdagangan, teknologi, kebebasan Hong Kong, hingga soal virus corona (COVID-19).

Menanggapi hubungan yang panas tersebut, banyak analis memperkirakan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia akan meningkat menjelang pemilihan presiden AS pada November mendatang.

"Pernyataan Pompeo adalah eskalasi sengketa AS-China di Laut China Selatan secara diplomatik," kata firma konsultan risiko geopolitik Eurasia Group dalam sebuah catatan.

"Itu tidak dengan sendirinya menandakan perubahan dalam kebijakan militer AS, meskipun posisi AS yang mengeras dan kemungkinan reaksi Beijing meningkatkan risiko tabrakan tak disengaja - cara paling langsung masalah itu bisa menjadi krisis serius."

"Tidak ada pihak yang mau memulai untuk mengadakan pertemuan militer, karena China berpikir Laut China Selatan dapat dimenangkan secara damai melalui gesekan jangka panjang dan Presiden [Donald] Trump telah menunjukkan sedikit selera untuk konfrontasi militer dengan China."

"Namun, ketegangan kebijakan luar negeri antara Washington dan Beijing telah meningkat secara signifikan tahun ini dan tidak ada pihak yang cenderung menurunkan suhu."


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Turun Gunung, Bakal Sanksi China di Laut China Selatan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular