Internasional

"Dunia Tak Akan Biarkan China di Laut China Selatan"

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 July 2020 09:24
In this photo provided by U.S. Navy, the USS Ronald Reagan (CVN 76) and USS Nimitz (CVN 68) Carrier Strike Groups steam in formation, in the South China Sea, Monday, July 6, 2020. China on Monday, July 6, accused the U.S. of flexing its military muscles in the South China Sea by conducting joint exercises with two U.S. aircraft carrier groups in the strategic waterway.(Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)
Foto: USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) Carrier Strike Groups di Laut Cina Selatan, Senin, (6/7/2020). (Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat melalui Menteri Luar negeri Mike Pompeo mengecam keberadaan China di Laut China Selatan (LCS). Bahkan, ia menegaskan China intimidatif terhadap negara-negara ASEAN untuk memenuhi ambisinya di perairan itu.

"Kami memperjelas, klaim Beijing atas sumber daya di lepas pantai di sebagian besar LCS, sepenuhnya melanggar hukum. Seperti kampanye penindasan untuk mengendalikan mereka (ASEAN)," kata Pompeo, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (13/7/2020).


"Dunia tak akan membiarkan Beijing (China) di LCS, memperlakukannya sebagai kerajaan maritimnya."

Sekretaris Negara AS Mike Pompeo berbicara selama konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr di Kantor Departemen Luar Negeri Filipina di Manila, Filipina, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Andrew Harnik, Pool)Foto: Sekretaris Negara AS Mike Pompeo berbicara selama konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr di Kantor Departemen Luar Negeri Filipina di Manila, Filipina, Jumat, 1 Maret 2019. (Foto AP / Andrew Harnik, Pool)
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo berbicara selama konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr di Kantor Departemen Luar Negeri Filipina di Manila, Filipina, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Andrew Harnik, Pool)



Masalah di LCS muncul saat China mengklaim 80% wilayah perairan itu sebagai bagian dari negaranya melalui konsep 9 Garis Imaginer. Meski sudah resmi kalah dipengadilan arbitrase di 2016, China hingga kini masih tidak mengakui hal tersebut.

Ini membuat ketegangan kerap terjadi antara China dan sejumlah negara di ASEAN. China bermasalah dengan Malaysia, Vietnam, Brunei, Filipina.

China telah membangun pangkalan-pangkalan militer di atas perairan, diantaranya dengan reklamasi dan pulau buatan. Terbaru China melakukan latihan perang di Kepulauan Paracels, yang juga diakui Vietnam dan Taiwan.



Agresivitas China membuat AS masuk dan mengerahkan 60% militernya, sebagaimana ditulis South China Morning Post. Bahkan berkongsi dengan sejumlah negara "lawan" sengketa China seperti Filipina dan India.

Sementara itu, kedutaan China di Amerika Serikat mengatakan tuduhan Washington tak bisa dibenarkan. AS, disebut justru yang memprovokasi.

"Dengan dalih menjaga stabilitas, (AS) melenturkan otot, membangkitkan ketegangan dan memicu konfrontasi di kawasan itu," katanya.

LCS merupakan perairan yang mengangkut US$ 3 triliun perdagangan setiap tahun. Perairan ini kaya akan potensi migas.

Laut China Selatan. (Foto: BBC/UNCLOS/CIA)Foto: Laut China Selatan. (Foto: BBC/UNCLOS/CIA)
Laut China Selatan. (Foto: BBC/UNCLOS/CIA)

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Desak RI Cs Putus Hubungan dengan Perusahaan China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular