Internasional

Soal Laut China Selatan, China Minta ASEAN Bersatu Lawan AS

sef, CNBC Indonesia
15 October 2020 09:02
In this photo provided by U.S. Navy, the USS Ronald Reagan (CVN 76, front) and USS Nimitz (CVN 68, rear) Carrier Strike Groups sail together in formation, in the South China Sea, Monday, July 6, 2020. China on Monday, July 6, accused the U.S. of flexing its military muscles in the South China Sea by conducting joint exercises with two U.S. aircraft carrier groups in the strategic waterway.(Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)
Foto: USS Ronald Reagan (CVN 76, depan) dan USS Nimitz (CVN 68, belakang) berlayar bersama dalam formasi, di Laut Cina Selatan, Senin, (6/7/2020). (Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - China meminta seluruh negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN bersatu untuk menghilangkan apa yang disebut 'gangguan ekstrenal' di Laut China Selatan (LCS).

Ini diungkapkan diplomat tertinggi China, Menteri Luar Negeri Wang Yi saat mengunjungi Kuala Lumpur, Malaysia, dalam rangkaian agenda perjalanannya ke sejumlah negara ASEAN.



"Kita sama-sama berpandangan bahwa LCS seharusnya tidak menjadi tempat bagi kekuatan besar yang bergulat dengan kapal perang," kata Wang sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (14/10/2020).

"China dan ASEAN memiliki kapasitas dan kebijaksanaan penuh, serta tanggung jawab, untuk menjaga perdamaian dan ketenangan di Laut China Selatan."



Komentar ini diberikan Wang di tengah semakin panasnya situasi di LCS antara China dan AS. China mengklaim 80% wilayah lautan kaya itu, dan bersitegang dengan sejumlah negara ASEAN, termasuk Malaysia.

Ini membuat AS masuk atas nama kebebasan navigasi dan melindungi sekutu AS di antaranya Filipina. Sebagaimana diketahui, Filipina dan China bersitegang soal Kepulauan Spratly, Scarborough Shoal, dan Fiery Cross Reef.

Wang menggambarkan strategi AS di Pasifik memiliki risiko keamanan. Ia mengatakan AS kerap mentalitas perang dingin kuno dan memulai konfrontasi di antara kelompok dan blok yang berbeda.

"(Ini) memicu persaingan geopolitik," katanya.

"Saya yakin semua pihak melihat ini dengan jelas dan akan tetap waspada terhadapnya."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Malaysia mengatakan perselisihan di LCS harus diselesaikan secara damai melalui dialog regional. Malaysia sendiri, pekan lalu menghentikan kapal China dan menangkap 60 nelayan yang masuk ke wilayah perairannya.

Dalam pertemuan dengan China itu, Beijing berkomitmen membeli 1,7 juta ton minyak sawit Malaysia higga 2023. Bahkan berjanji mendorong peningkatan pengiriman sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.

Laut Kaya

LCS adalah laut kaya sumber daya alam. LCS memiliki sepertiga dari total keanekaragaman laut di dunia yang berkontribusi terhadap 10% dari total tangkapan ikan di planet bumi.

Menurut CFR, di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam. American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik dan menyumbang 60% - 70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.

Sementara cadangan minyak LCS mencapai 7,7 miliar barel. Estimasi lainnya memperkirakan jumlahnya mencapai 213 miliar barel atau hampir 80% dari cadangan minyak Arab Saudi.

China dan AS dikabarkan sejumlah media asing kerap meningkatkan aktivitas militer di LCS. China membuat latihan militer di Paracels sedangkan AS kerap menerjukan jet tempur mengawasi LCS.


(sef/sef) Next Article AS & China Debat Sengit Soal Laut China Selatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular